Selain itu, mereka merasa kurang kendali saat makan berlebihan. Namun mereka tidak membatasi kalori atau membuang makanan seperti muntah, untuk mengimbangi makan berlebihan.
Penderita BED sering kali mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan dan ada kemungkinan tidak memilih makanan bergizi. Hal itu bisa meningkatkan risiko komplikasi medis, seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2.
Sama seperti anoreksia, bulimia cenderung berkembang selama masa remaja dan awal masa dewasa. Kondisi gangguan mental ini juga sering terjadi pada wanita.
Penderita bulimia sering kali makan dalam jumlah yang sangat besar dalam jangka waktu tertentu. Bulimia nervosa digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan kemudian diikuti perilaku seperti muntah, puasa, olahraga berlebihan, dan kombinasinya.
Saat makan berlebihan, biasanya penderitanya merasa tidak bisa berhenti makan atau mengontrol seberapa banyak mereka makan. Bulimia nervosa sedikit mirip dengan anoreksia binge eating and purging.
Namun penderita bulimia biasanya bisa mempertahankan berat badan yang relatif normal. Efek samping dari bulimia di antaranya peradangan, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar ludah, kerusakan gigi, refluks asam, iritasi usus, dehidrasi parah, dan gangguan hormonal.
Dalam kasus yang parah, bulimia juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan kadar elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium. Kondisi tersebut bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung.
Pica adalah gangguan makan yang penderitanya cenderung menginginkan dan memakan zat non-makanan. Penderita pica membutuhkan zat non-makanan seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, wol, kerikil, deterjen, atau tepung maizena.
Gangguan tersebut dapat menyerang anak-anak, wanita hamil dan individu yang menderita disabilitas mental.
Baca Juga: Kenali Eating Disorder, Salah Satu Penyakit Mental: Bukan untuk Disepelekan
Orang dengan kondisi gangguan ruminasi umumnya akan memuntahkan makanan yang baru saja mereka telan. Eating disorder dengan tipe Rumination disorder dapat memengaruhi orang-orang di semua tahap kehidupan, baik pada masa bayi, kanak-kanak atau dewasa.
Orang dewasa dengan kelainan ini mungkin membatasi jumlah makanan yang mereka makan, terutama di tempat umum. Hal ini dapat menyebabkan mereka menurunkan berat badan dan menjadi kurus.
Avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID) adalah gangguan makan yang menyebabkan orang kurang makan. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya minat pada makanan atau ketidaksukaan yang kuat terhadap tampilan, bau, atau rasa makanan tertentu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.