Terlepas dari roleplay di sosmed, Shierlin menjelaskan bahwa roleplay sebenarnya juga bisa berdampak positif jika dilakukan dengan tujuan baik dan pendampingan orang tua.
Ia menjelaskan, pada dasarnya aktivitas roleplay atau pretend play merupakan aktivitas bermain yang umum dilakukan anak-anak dan dimulai saat anak berusia sekitar 15-18 bulan.
Baca Juga: Waspada Permainan Roleplay yang sedang Viral di TikTok! Bisa Bikin Anak Impulsif dan Anti-Sosial!
Aktvitas roleplay yang dilakukan anak-anak itu biasanya belajar meniru dari orang lain terutama anak yang lebih tua atau orang dewasa
"Anak-anak biasanya akan berpura-pura menjadi orang dewasa. Misalnya, anak mungkin akan membayangkan dirinya sebagai seorang dokter atau ibu rumah tangga, dan sebagainya," terangnya.
Penelitian menunjukkan bahwa bermain peran bisa membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sosial, bahkan mengelola emosi.
Hal ini karena saat bermain peran, anak akan dituntut untuk berpikir dan menjelaskan kejadian melalui sudut pandang orang lain.
Permainan roleplay juga bisa membuat anak dapat belajar mengenali emosi dan berempati terhadap orang lain.
Sebelumnya, warganet di media sosial Twitter dan TikTok ramai membahas mengenai seorang ayah yang memarahi anaknya karena memainkan game RP atau roleplay.
Alasan sang ayah marah karena anaknya memainkan roleplay secara online bersama para pengguna TikTok yang tak dikenalnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.