JAKARTA, KOMPAS.TV - Sungkeman merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya Jawa saat Hari Raya Idulfitri dan pernikahan.
Sungkem datang dari tradisi masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi kerendahan hati dan menghormati orang tua.
Oleh karena itu, rata-rata ucapan sungkeman menggunakan bahasa Jawa ngoko alus dan kromo inggil, tingkatan dalam bahasa Jawa yang ditujukan bagi orang yang sudah akrab dan orang yang dituakan atau dihormati.
Tradisi ini dilakukan dengan cara bersimpuh di depan orang yang lebih tua kemudian memohon maaf atas kesalahan yang terjadi.
Baca Juga: Makna Ucapan “Minal Aidin Wal Faizin”, Ternyata Banyak yang Salah Kaprah
Menurut KBBI, sungkem adalah sujud atau tanda bakti. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari setelah salat Id.
Saat sungkeman Lebaran, orang-orang yang masih muda akan datang ke rumah mereka yang lebih tua dan saling meminta maaf.
Tujuan sungkeman yakni untuk bisa kembali ke 'fitrah', atau bersih dari dosa sebagaimana tujuan dari Hari Raya Idulfitri.
Melansir NU Online, Jumat (21/4/2023), terkait hukum sungkeman, setidaknya bisa ditinjau dari dua sisi, yakni hukum asal dan sudut pandang tradisi.
Menurut Nahdlatul Ulama, dari sudut pandang hukum asal, sungkeman sama sekali tidak bertentangan dengan syariat.
Posisi jongkok sambil cium tangan merupakan ekspresi memuliakan orang yang lebih tua. Hal itu tidak dilarang, asal tidak menyerupai gerakan bentuk takzim kepada Allah, seperti sujud dan rukuk.
Berkaitan dengan mencium tangan orang yang lebih tua, ulama Al-Imam Al-Nawawi mengatakan:
“Tidak makruh mencium tangan karena kezuhudan, keilmuan dan faktor usia yang lebih tua.” (al-Imam al-Nawawi, Raudlah al-Thalibin, juz 10, halaman 233)
1. Bapak/Ibu/Eyang, ingkang sepindah kula ngaturaken sugeng riyadi kagem Bapak/Ibu. Kaping kalihipun, kula nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan ingkang kula sengaja lan ingkang mboten ngaja.
(Bapak/Ibu/Nenek, pertama saya mengucapkan Selamat Idulfitri. Kedua, saya mohon maaf atas semua kesalahan yang saya perbuat baik secara sengaja maupun tidak sengaja).
2. Kulo ngaturaken sembah pangabekti, nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan kula. Mugi lineburo ing dinten riyaya punika.
(Saya mengutarakan bakti saya dan meminta maaf atas semua kesalahan. Semoga dileburkan di hari raya ini).
3. Kulo ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten dumatheng sedoyo kelepatanipun lan klenta klentinipun kulo.
(Saya mengucapkan selamat Hari Raya dan meminta maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan saya).
4. Kulo ngaturaken sembah ngabekti dhateng panjenengan, ugi nyuwun pangapunten ing sadeleme manah dumateng sedaya agengipun kelepatanipun tindak tanduk ingkang katingal menapa mboten katingal. Mugi mugi Allah nglebur dosa kulo lan panjenengan ing dinten riyaya meniko.
(Saya mengucapkan bakti kepada Anda. Sekaligus meminta maaf sedalam-dalamnya atas segala kesalahan perbuatan yang kurang berkenan. Semoga Allah melebur dosa saya dan Anda di hari raya ini).
5. Kepareng matur dumateng Bapak/Ibu, kulo ngaturaken sedoyo kalepatan kulo ingkang disejo dan mboten disejo, kulo nyuwun agunge pangapunten saking Bapa/Ibu lan kulo nyuwun donga pangestunipun saking Bapak/Ibu.
(Saya ucapkan kepada Bapak/Ibu, saya meminta maaf atas segala kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja, saya minta pengampunan yang agung dari Bapak/Ibu dan saya minta doa restu saking Bapak/Ibu).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.