Oleh: Gunawan Trihantoro, Sekretaris Forum Kreator Era AI dan SatuPena Jawa Tengah
KOMPAS.TV - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Dr. Abdul Mu’ti melontarkan gagasan mata pelajaran kecerdasan buatan (AI) dan coding di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pendidikan berbasis teknologi ini harus tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal.
Karena pembelajaran ini tidak hanya bertujuan menjadikan siswa paham menggunakan teknologi, tetapi juga memiliki karakter dan etika yang kuat.
Baca Juga: [FULL] Wapres Gibran Bicara Penerapan Matematika Sejak TK hingga Targetkan SD-SMP Belajar Coding
Gagasan itu patut diapresiasi karena berakar pada kebutuhan yang relevan dan strategis.
AI dan coding adalah keterampilan inti yang menjadi fondasi berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.
Pandangan tersebut mencerminkan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi dalam pendidikan.
Sehingga siswa tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan tanggung jawab terhadap lingkungannya.
Dengan mempelajari teknologi tersebut sejak dini, siswa akan memiliki landasan kokoh memahami cara kerja dunia modern.
Coding, misalnya, bukan sekadar kemampuan teknis, tetapi juga cara berpikir yang sistematis, logis, dan kreatif.
Hal ini memungkinkan siswa melihat masalah dari berbagai perspektif dan menemukan solusi yang inovatif.
Begitu pula dengan AI, yang tidak hanya mengenalkan siswa pada teknologi canggih, tetapi juga memberi wawasan tentang bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara etis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Terlebih di era digital yang terus berkembang pesat ini, pendidikan tak lagi hanya fokus pada pembelajaran konvensional.
Teknologi yang semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan, kini menjadi komponen kunci membangun generasi yang siap bersaing secara global.
Melalui kebijakan itu kita menyaksikan upaya pemerintah menjawab tantangan revolusi industri 4.0, sekaligus mempersiapkan generasi muda agar tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga inovator di bidangnya.
Baca Juga: Canggih! Begini Penampakan Robot AI dalam Konferensi Kecerdasan Buatan di Tiongkok
Salah satu elemen penting yang ditekankan dalam gagasan ini adalah kesiapan guru.
Guru perlu melihat inisiatif ini sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Sehingga guru bisa memiliki kemampuan pedagogi yang relevan untuk menyampaikan materi kepada siswa secara menarik dan efektif.
Guru juga dapat berperan sebagai agen transformasi yang membawa dampak positif bagi generasi mendatang.
Maka keberhasilan inisiatif ini bergantung pada pelatihan guru yang mumpuni.
Karena itu Pemerintah perlu memberikan pelatihan intensif bagi guru, terutama yang belum akrab konsep AI dan coding.
Pelatihan ini harus mencakup aspek teori dan praktik, sehingga guru dapat menyampaikan materi dengan percaya diri.
Selain itu, kurikulum yang dirancang harus fleksibel dan kontekstual, menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa serta kebutuhan lokal.
Misalnya, di tingkat SD, materi dapat diajarkan melalui permainan interaktif yang mengajarkan logika pemrograman secara menyenangkan.
Adapun di tingkat SMP, siswa dapat mulai mengembangkan proyek sederhana, seperti aplikasi kecil atau simulasi AI.
Namun demikian, salah satu tantangan yang tak bisa diabaikan adalah kesenjangan digital yang masih menjadi masalah di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui, tidak semua sekolah memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan koneksi internet.
Oleh karena itu, gagasan ini menjadi momentum mempersempit kesenjangan tersebut.
Pemerintah perlu memastikan bahwa inisiatif ini tidak hanya menyasar sekolah-sekolah di kota besar, tetapi juga menjangkau daerah terpencil dan terluar.
Dengan memberikan bantuan berupa perangkat komputer, koneksi internet, dan pelatihan guru di wilayah-wilayah yang kurang terjangkau, program ini dapat menjadi jembatan untuk menciptakan pemerataan pendidikan berbasis teknologi.
Program kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan.
Banyak perusahaan teknologi yang bersedia mendukung pendidikan dengan menyediakan perangkat lunak atau program pelatihan bagi guru dan siswa.
Kolaborasi ini tidak hanya mempercepat implementasi kebijakan, tetapi juga memastikan keberlanjutannya.
Baca Juga: Tanpa Guru, Siswa di London Belajar Melalui Kecerdasan Buatan
Manfaat yang dihasilkan dari gagasan itu besar, baik bagi individu siswa maupun bangsa secara keseluruhan.
Membekali generasi muda Indonesia dengan keterampilan AI dan coding dapat mencetak talenta yang mampu bersaing di pasar kerja global.
Bahkan, lebih jauh keterampilan ini dapat mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di Indonesia.
Anak-anak yang saat ini belajar coding di sekolah boleh jadi akan menjadi pengembang aplikasi atau start up teknologi di masa depan.
Mereka tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memberikan solusi untuk masalah-masalah lokal maupun global.
Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung kebijakan ini.
Orang tua, misalnya, perlu memberikan motivasi kepada anak-anak mereka untuk terbuka terhadap pembelajaran baru.
Sikap positif dari keluarga akan membantu anak-anak mengatasi rasa takut atau kesulitan dalam mempelajari teknologi.
Dengan dukungan penuh dari semua pihak, semoga gagasan revolusioner ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar terwujud dan memberikan dampak nyata.
Baca Juga: Coding Studio IT Learning Center dan Program KodioKids Disambut Antusias Pj Walkot Bekasi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.