Kompas TV kolom opini

CHIUSI DELLA VERNA

Kompas.tv - 28 Mei 2024, 23:05 WIB
chiusi-della-verna
Basilika La Verna Sanctuary (Sumber: Dok Trias Kuncahyono)

Di bebatuan padas antara Sungai Tiber dan Arno
Dari Kristus dia mengambil meterai terakhir
Yang ditanggungnya selama dua tahun.

Fransiskus menerima stigmata setelah mengakhiri doa dan puasanya selama 40 hari, dua tahun sebelum meninggal dunia, 1226 di tempat berbatu karang itu. Bila hujan atau malam begitu dingin, orang suci dari Asisi itu turun ke celah-celah batu, yang berbetuk seperti gua sebagai rumahnya. Di tempat itulah ia duduk di atas batu hitam keras.

***

Baca Juga: "Arch of Constantine"

Kisah hidup Santo Fransiskus Asisi–yang namanya digunakan Kardinal Mario Bergoglio setelah dipilih menjadi paus–sangat menarik dan memberikan begitu banyak keteladanan bagi siapa saja.

Fransiskus adalah putra pasangan juragan kain sangat kaya raya di masa itu, Pietro di Bernardone dei Moriconi dan Giovanna atau Pica Bourlemont. Karena itu,  ia hidup bergelimpang kemewahan. Ia sangat populer di kalangan anak muda: karena tampan dan kaya, serta suka menraktir teman-temannya.

Namun, pada suatu ketika, Fransiskus memilih meninggalkan segala bentuk kemewahan duniawi itu. Ia merasakan panggilan lain dalam hidupnya. Ia memilih hidup dalam kemiskinan dan menolak kepemilikan harta duniawi. Ia memilih untuk hidup sederhana dan bersahaja, mengajarkan nilai-nilai keteladanan dalam membagi harta dengan yang membutuhkan.

Lalu, Fransiskus mendirikan Ordo Saudara Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM) kelompok keagamaan dalam Katolik. Dan, menganggap semua ciptaan sebagai saudara, fratelli tutti (yang kemudian menjadi judul ensiklik Paus Fransiskus, 3 Oktober 2020; ensiklik tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial) semua saudara dengan berpegang teguh motto pax et bonum, damai dan semua baik, yang menjadi elemen paling penting dalam hidup dan spiritualitas Santo Fransiskus.

Fransiskus tidak hanya berkotbah tentang fratelli tutti, semua saudara. Tetapi menunjukkan dalam aksi nyata. Pada tahun 1219, ketika Perang Salib sedang sengit-sengitnya, Fransiskus ditemani Bruder Illuminatus nekad menemui Sultan Malik-el-Kamil (sepupu Saladin) di Mesir. Ia mengusulkan agar perang diakhiri dan hidup dalam damai.

Ia memertaruhkan hidupnya demi terciptanya perdamaian. Karena Fransiskus memegang teguh prinsipnya yakni fratelli tutti, semua saudara, tak peduli asal-usul.

Fransiskus tidak hanya berkotbah tentang fratelli tutti, semua saudara. Tetapi menunjukkan dalam aksi nyata. Pada tahun 1219, ketika Perang Salib sedang sengit-sengitnya, Fransiskus ditemani Bruder Illuminatus nekad menemui Sultan Malik-el-Kamil (sepupu Saladin) di Mesir. Ia mengusulkan agar perang diakhiri dan hidup dalam damai.

Ia memertaruhkan hidupnya demi terciptanya perdamaian. Karena Fransiskus memegang teguh prinsipnya yakni fratelli tutti, semua saudara, tak peduli asal-usul, kebangsaan, warna kulit, agama, suku, etnis dan segala perbedaan lainnya.

Maka kata Fransiskus dalam doanya:

Tuhan, jadikanlah aku pembawa DAMAI.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.

***

Doa Santo Fransiskus itu, seakan terus kami dengar dalam perjalanan dari Chiusi della Verna ke Asisi tempat asal Santo Fransiskus, pagi esok harinya. Dan, terus bergaung hingga kini: Jadikanlah aku pembawa damai.

Baca Juga: Arch of Augustus di Rimini



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x