Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 238
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 238
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
OGAN ILIR, KOMPAS.TV - Itulah pernyataan Bupati Ogan Ilir HM Ilyas Panji mengenai pemecatan 109 tenaga medis yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Keputusan Ilyas memecat 109 tenaga medis tersebut menjadi sorotan.
Ilyas menjelaskan, alasan pemecatan terhadap ratusan tenaga medis yang melakukan mogok kerja sejak Jumat (15/5/2020) tersebut sudah tepat.
Pemecatan itu, menurut dia, tidak akan memengaruhi pelayanan kepada masyarakat.
Berikut ini penjelasan penting dari keputusan Bupati Ogan Ilir tersebut:
1. Mogok tanpa dasar yang kuat
Menurut Ilyas, aksi protes oleh para tenaga medis dianggap tak memiliki dasar yang kuat, bahkan cenderung mengada-ada. Sebab, semua tuntutan mereka terkait dengan kebutuhan alat pelindung diri (APD) standar, rumah singgah, hingga insentif selama ini sudah tersedia.
“Insentif sudah ada, minta sediakan rumah singgah, sudah ada 34 kamar ada kasur, dan pakai AC semua, bilang APD minim, APD ribuan ada di RSUD Ogan Ilir, silakan cek,” jelas Ilyas.
"Apa yang mereka tuntut, semua sudah ada, mereka kerja juga belum kok, baru datang pasien corona sudah bubar, enggak masuk, gimana itu,” jelas Ilyas.
2. Diberhentikan secara tidak hormat
Ratusan tenaga medis yang melakukan mogok sejak Jumat (15/5/2020) dipecat secara tidak hormat.
“Ya, sudah diberhentikan, saya yang menandatangani surat pemberhentiannya,” kata Ilyas.
3. Protes terkait insentif
Para tenaga medis di RSUD Ogan Ilir melakukan protes karena berbagai alasan. Salah satunya mengenai insentif. Menurut sumber Kompas.com, risiko yang diterima petugas medis tersebut tak sebanding dengan kesejahteraan yang diterima.
“Tenaga paramedis tidak mau melaksanakan perintah pihak rumah sakit karena tidak ada surat tugas. Selain itu, tidak ada kejelasan soal insentif bagi mereka. Mereka hanya menerima honor bulanan sebesar Rp 750.000, sementara mereka diminta juga menangani warga yang positif Covid-19,” jelas sumber tersebut.
4. Penjelasan rumah sakit
Direktur RSUD Ogan Ilir Roretta Arta Guna Riama membantah tudingan yang disampaikan para tenaga medis yang menggelar protes, terkait ketersedian APD, rumah singgah, dan insentif.
Roretta bahkan menganggap mereka yang protes ketakutan saat diminta menangani pasien corona.
“Mereka lari ketakutan saat melihat ada pasien yang positif Covid-19," jelas Roretta.
“Tidak ada tenaga dokter, mereka para tenaga medis seperti perawat dan sopir ambulans, mereka itu takut menangani pasien positif Covid-19, itu saja, bukan karena soal lain,” tambah Roretta.
5. Penjelasan Jubir Gugus Tugas
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Ogan Ilir Wahyudi menjelaskan, insentif dari pemda tetap diberikan, tetapi besaran nilainya bagi setiap tenaga medis berbeda-beda, tergantung dengan kasus dan risiko.
Namun demikian, dirinya enggan membeberkan besaran nilai insentif dan penjelasan risiko yang dimaksud tersebut.
#Corona #OganIlir #DokterDipecat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.