GAZA, KOMPAS.TV - Sebanyak 23 warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam sebuah sekolah yang difungsikan sebagai tempat pengungsian di Gaza City, Rabu (23/4/2025) dini hari waktu setempat.
Serangan ini terjadi di tengah upaya negara-negara Arab untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.
Menurut keterangan para pejabat Palestina, serangan tersebut menyebabkan beberapa tenda pengungsian terbakar dan menewaskan sejumlah korban dalam kondisi mengenaskan.
Tim pertolongan sipil Gaza menyebutkan, selain korban di sekolah, empat jenazah juga ditemukan dari puing-puing dua rumah yang hancur akibat serangan di wilayah yang sama.
Baca Juga: Israel Bom Ruang ICU Rumah Sakit Anak di Gaza, Pengungsi Terbakar Hidup-Hidup
Militer Israel belum memberikan pernyataan resmi, namun sebelumnya menyatakan hanya menargetkan kelompok militan dan menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil karena bertempur di kawasan padat penduduk.
Serangan ini memicu reaksi keras dari komunitas internasional.
Dalam pernyataan bersama yang jarang terjadi, Prancis, Jerman, dan Inggris mengecam blokade total Israel atas Gaza, termasuk pelarangan bantuan pangan dan medis.
Ketiga negara itu menyebut tindakan Israel sebagai “tak tertahankan” dan menuntut agar bantuan kemanusiaan tidak dijadikan alat tawar politik.
“Wilayah Palestina tidak boleh direduksi atau mengalami perubahan demografi. Israel wajib, sesuai hukum internasional, untuk memastikan jalur bantuan kemanusiaan tetap terbuka,” bunyi pernyataan bersama tersebut dikutip dari Associated Press.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas turut menyerukan kepada Hamas untuk segera membebaskan para sandera guna “menghilangkan alasan” bagi Israel melanjutkan serangan.
Dalam pernyataan yang tidak biasa, Abbas juga mengkritik keras Hamas dengan menyebut mereka sebagai “anak-anak anjing”.
Ia kembali menekankan tuntutan agar Hamas melucuti senjata, meskipun otoritas Palestina yang dipimpinnya tidak memiliki pengaruh langsung di Gaza.
Di tengah situasi yang terus memanas, Mesir dan Qatar sedang merancang proposal perdamaian yang disebut-sebut mencakup gencatan senjata selama lima hingga tujuh tahun.
Usulan ini meliputi penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza, pembebasan tahanan Palestina, serta dibentuknya pemerintahan teknokrat independen untuk mengelola wilayah tersebut.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.