JALUR GAZA, KOMPAS.TV — Seorang warga Gaza bernama Saeed Abu Elaish menyatakan dengan tegas ia tidak bersedia direlokasi dari Gaza, seperti yang diinginkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Kami dengan tegas menolak dan akan menentang rencana apa pun untuk mendeportasi dan memindahkan kami dari tanah kami," katanya dari kamp pengungsi Jabaliya, seperti dikutip dari The Associated Press, Kamis (6/2/2025).
Istri Abu Elaish, dua putrinya, dan dua lusin orang lain dari keluarga besarnya tewas akibat serangan udara Israel selama 15 bulan terakhir. Rumahnya di Gaza utara pun hancur. Ia dan keluarga yang selamat sekarang tinggal di tenda yang didirikan di reruntuhan rumahnya.
"Kami tidak ingin tragedi leluhur kami terulang," kata Abu Elaish, yang merupakan seorang pekerja perawatan kesehatan.
Abu Elaish kemudian menceritakan pengalaman keluarganya sendiri. Pada bulan Mei 1948, pasukan Israel mengusir kakek-neneknya dan warga Palestina lainnya serta menghancurkan rumah-rumah mereka di desa Hoj di wilayah yang sekarang menjadi Israel selatan, persis di luar Jalur Gaza.
Baca Juga: Trump Ingin Kuasai Gaza, Kelompok Arab-Amerika Pendukungnya Ambil Langkah Drastis
Keluarga itu kemudian pindah kembali ke kamp Jabaliya di Gaza, yang selama beberapa dekade berkembang menjadi lingkungan perkotaan yang padat penduduk. Kini pasukan Israel meratakan sebagian besar distrik tersebut selama pertempuran sengit dengan militan Hamas yang terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Seorang warga Gaza lainnya yang bernama Mustafa al-Gazzar, baru berusia 5 tahun ketika keluarganya terpaksa mengungsi saat pasukan Israel datang pada tahun 1948. Israel menyerang kota mereka, Yabneh, di wilayah yang sekarang menjadi Israel tengah.
Ia kini berusia 80-an, dan duduk di luar rumahnya di kota Rafah di Gaza selatan, yang rata dengan tanah akibat serangan udara. Ia mengatakan tidak terpikir untuk pergi setelah selamat dari perang yang berlangsung selama 15 bulan.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.