LAS VEGAS, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia menginginkan Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya meningkatkan jumlah penerimaan terhadap pengungsi Palestina yang diterima dari Jalur Gaza, Sabtu (25/1/2025). Hal ini dilakukan untuk memindahkan cukup banyak penduduk dan hanya untuk "membersihkan" wilayah yang dilanda perang tersebut.
Selama sesi tanya jawab selama 20 menit dengan wartawan di atas Pesawat Air Force One pada hari Sabtu, Trump juga mengatakan bahwa ia telah mengakhiri larangan yang ditetapkan pendahulunya untuk mengirim bom seberat 2.000 pon (sekitar 907 kilogram) ke Israel.
"Kami membebaskan mereka hari ini," kata Trump tentang bom tersebut. "Mereka telah menunggunya sejak lama," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Ketika ditanya mengapa ia mencabut larangan bom tersebut, Trump menjawab, "Karena mereka membelinya."
Trump telah membangun karier politiknya dengan bersikap pro-Israel tanpa basa-basi. Mengenai visinya yang lebih besar untuk Gaza, Trump mengatakan bahwa ia telah menelepon Raja Abdullah II dari Yordania sebelumnya dan akan berbicara dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi dari Mesir pada hari Minggu.
"Saya ingin Mesir menerima orang (pengungsi)," kata Trump. "Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita hanya membersihkan semuanya dan berkata, 'Anda tahu, ini sudah berakhir.'"
Baca Juga: Peneliti Sebut Era Donald Trump Jadi Kesempatan Emas Israel Aneksasi Tepi Barat
Trump mengatakan bahwa ia memuji Yordania karena telah berhasil menerima pengungsi Palestina dan bahwa ia mengatakan kepada raja, "Saya ingin Anda menerima lebih banyak (pengungsi), karena saya sedang melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan itu kacau balau. Benar-benar kacau balau."
"Sesuatu harus terjadi," kata Trump. "Tetapi itu benar-benar tempat pembongkaran sekarang. Hampir semuanya hancur, dan orang-orang sekarat di sana.”
Ia menambahkan, “Jadi, saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab, dan membangun perumahan di lokasi yang berbeda, di mana mereka mungkin bisa hidup damai untuk perubahan.”
Hingga kini belum ada komentar langsung dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai keinginan Presiden Trump ini.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.