DAMASKUS, KOMPAS.TV — Tentara Suriah pada Kamis (5/12/2024) mengumumkan telah menarik pasukan dari Kota Hama setelah pertahanan mereka ditembus kelompok oposisi.
Mundurnya tentara dari kota strategis ini menjadi pukulan berat bagi Presiden Bashar Assad, hanya beberapa hari setelah kelompok oposisi juga merebut Aleppo, kota terbesar di Suriah.
Menurut pernyataan militer, pasukan ditarik keluar untuk melindungi warga sipil. Namun, kelompok oposisi mengeklaim telah memasuki wilayah dalam kota dan mulai bergerak ke pusat Hama.
“Pasukan kami telah mengambil posisi di dalam Kota Hama,” ujar Mayor Hassan Abdul-Ghani, salah satu komandan kelompok oposisi, dalam kanal resmi mereka di Telegram, dikutip dari The Associated Press.
Hama, yang terletak sekitar 200 kilometer di utara Damaskus, memiliki posisi strategis sebagai penghubung antara wilayah tengah, utara, timur, dan barat Suriah. Kota ini juga berbatasan dengan Provinsi Latakia, salah satu basis pendukung kuat Assad.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengonfirmasi bahwa oposisi telah menguasai beberapa wilayah, termasuk distrik Sawaaeq dan Zahiriyeh di barat laut kota.
“Jika Hama jatuh, ini bisa menjadi awal dari kejatuhan rezim,” kata Rami Abdurrahman, Direktur Observatorium.
Sejarah kelam Hama juga memberikan bobot simbolis tambahan pada perebutan kota ini.
Baca Juga: Suriah Makin Bergejolak, Milisi Irak yang Didukung Iran Sudah Mulai Masuk untuk Perangi Pemberontak
Pada 1982, kota ini menjadi lokasi pembantaian ribuan orang oleh pasukan Hafez Assad, ayah Presiden Bashar Assad, untuk menumpas pemberontakan Ikhwanul Muslimin.
Serangan mendadak kelompok oposisi yang dimotori oleh Hayat Tahrir al-Sham dan Tentara Nasional Suriah berhasil merebut Aleppo hanya beberapa hari sebelum mengalihkan serangan ke Hama.
Aleppo, yang sebelumnya direbut Assad dengan bantuan kampanye udara brutal Rusia pada 2016, kembali jatuh ke tangan oposisi untuk pertama kalinya sejak itu.
Kekalahan beruntun Assad terjadi di tengah berkurangnya perhatian dari sekutu utamanya, seperti Rusia dan Iran, yang saat ini tengah fokus pada konflik mereka sendiri.
Perlawanan oposisi yang dimulai dengan serangan mengejutkan pada 27 November 2024 telah memicu gelombang pengungsian besar-besaran.
Puluhan ribu warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pertempuran sengit yang masih berlangsung.
Dengan mundurnya tentara dari Hama dan keberhasilan oposisi merebut dua kota besar, konflik yang sempat mereda dalam beberapa tahun terakhir kini kembali memanas.
Baca Juga: Utusan PBB Serukan Penghentian Kekerasan di Suriah, Peringatkan Potensi Memburuknya Krisis
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.