Bahkan secara ekstrem sang wapres mengatakan dirinya telah membayangkan memotong kepala Presiden Marcos.
Sekretaris Eksekutif Filipina Lucas Bersamin menggambarkan komentar Sara Duterte itu sebagai ancaman aktif terhadap Presiden.
Ia menambahkan bahwa saat ini pasukan pengawal presiden sudah disiapkan untuk melakukan aksi yang diperlukan secepatnya.
“Menindaklanjuti pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa ia telah mengontrak pembunuh untuk membunuh presiden jika dugaan rencana melawannya berhasil, sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini ke Komando Keamanan Presiden untuk mengambil tindakan yang tepat,” bunyi pernyataan pemerintah Filipina.
“Setiap ancaman terhadap presiden harus ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman itu diungkapkan secara jelas dan pasti kepada publik,” tambahnya.
Kedua pemimpin yang berasal dari klan keluarga besar di Filipina itu mengalami perpecahan setelah pendekatan mereka yang berbeda, termasuk atas agresivitas China di Laut China Selatan yang disengketakan.
Pada Juni, Sara Duterte mengundurkan diri dari kabinet Presiden Marcos sebagai Menteri Pendidikan dan kepala Badan Anti-Pemberontakan.
Baca Juga: Kim Jong-Un Sinis atas Pertemuan Pertamanya dengan Donald Trump, Hubungan Bromance Hancur?
Meski begitu, ia tetap menjadi Wakil Presiden, yang dipilih dalam pemilihan yang terpisah dari Presiden dan tak memiliki tugas resmi.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr, dan pihak-pihak di sekitarnya telah melakukan korupsi, tak memiliki kemampuan, dan mempersekusi keluarga dan pendukungnya secara politik.
Ketegangan d antara keduanya terakhir ditandai dengan ditahannya Kepala Staf Duterte, Zuleika Lopez, yang dituduh menghambat penyelidikan kongres mengenai kemungkinan penyalahgunaan anggaran Duterte sebagai wakil presiden dan menteri Pendidikan.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.