“Siren berbunyi, kita berlindung. Ketika siren tidak berbunyi, kita bekerja. Tidak ada alasan untuk berhenti di tengah perang,” tulisnya di Telegram.
Serangan terbaru Rusia ini memicu kekhawatiran sejumlah pemimpin dunia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menyebut perang ini telah memasuki tahap krusial dengan risiko nyata menjadi konflik global.
Baca Juga: Korea Selatan: Rusia Pasok Rudal Untuk Korut Sebagai Timbal Balik Bantuan Pasukan
Sementara itu, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban meminta negara-negara Barat untuk menanggapi ancaman Putin dengan serius.
Di sisi lain, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan ancaman perang nuklir kini berada pada titik terburuk. Ia juga menuduh Amerika Serikat mengadopsi kebijakan agresif terhadap Pyongyang.
Korea Utara sendiri dilaporkan telah mengirim ribuan tentara untuk membantu Rusia di medan perang, termasuk di wilayah Kursk yang kini menjadi area konflik dengan pasukan Ukraina.
Amerika Serikat memberikan lampu hijau kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh Atacms dalam serangan ke wilayah Rusia.
Keputusan itu diambil sebagai respons atas laporan keterlibatan pasukan Korea Utara dalam mendukung Rusia.
Sementara itu, Rusia dan Ukraina sama-sama berusaha memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mendapatkan keuntungan di medan perang sebelum Donald Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari 2025.
Trump sebelumnya berjanji akan menghentikan perang ini dalam waktu singkat, meski belum merinci caranya.
Baca Juga: Tentara Korea Utara Bantu Rusia, Putin Disebut Beri Kim Jong-Un Sistem Pertahanan Udara dan Minyak
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.