RIO DE JANEIRO, KOMPAS.TV — Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva pada hari Rabu (20/11/2024) menyambut Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam kunjungan kenegaraan di Istana Alvorada di Brasilia. Kunjungan ini merupakan tanda dari hubungan yang semakin erat antara kedua negara, yang menurut para analis dapat meningkat saat Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada tahun 2025.
Tiongkok telah menyalip Amerika Serikat (AS) sebagai pasar ekspor terbesar Brasil pada tahun 2009. Sejak saat itu, hubungan antara kedua negara telah menguat dalam perdagangan dan investasi.
Pada hari Rabu kedua pemimpin negara menandatangani 37 perjanjian di berbagai bidang mulai dari perdagangan dan pariwisata hingga pertanian, industri, sains dan teknologi, kesehatan, energi, budaya, dan pendidikan.
Tidak hanya ke Brasil, China semakin melebarkan sayapnya ke negara-negara Amerika Latin lainnya. Minggu lalu, Xi meresmikan megaport senilai $1,3 miliar di Peru, yang juga menjadi sinyal paling jelas dari orientasi China kepada Amerika Latin.
Baca Juga: Reaksi China usai AS Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh Serang ke Dalam Rusia, Tetapkan Posisi
“Amerika Latin selalu dilupakan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Siapa yang mengisi kekosongan itu? Tiongkok,” kata Flavia Loss, seorang profesor hubungan internasional di Foundation School of Sociology and Politics di Sao Paulo.
“Pemilihan Donald Trump telah mempercepat kedekatan ini. Kita jelas melihatnya terjadi sekarang, dan secara langsung,” tambahnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Kunjungan kenegaraan pemimpin Tiongkok itu dilakukan lebih dari setahun setelah Lula mengunjungi Tiongkok untuk memperkuat hubungan dan memperbaiki hubungan dengan mitra dagang terbesarnya setelah masa sulit di bawah pendahulunya, Jair Bolsonaro.
Putra Bolsonaro, anggota parlemen Eduardo, menyalahkan pandemi COVID-19 pada Partai Komunis Tiongkok dan menyebut perusahaan teknologi raksasa Tiongkok Huawei sebagai “spionase Tiongkok,” yang memicu teguran keras. Akibat ketegangan hubungan Brasil dan China dalam masa kepemimpinan Bolsonaro, selama delapan bulan pada tahun 2022, Tiongkok tidak memiliki duta besar di Brasil.
Berbeda dengan Bolsonaro, Lula mengambil sikap yang berlawanan. Ia memperbaiki hubungan dengan Tiongkok. Hal ini juga merupakan bagian dari strateginya untuk memperbaiki citra Brasil di kancah internasional, setelah negara ini terisolasi pada masa Bolsonaro yang tidak menunjukkan minat pada urusan global.
Dalam sambutannya kepada wartawan pada hari Rabu, Lula mengatakan bahwa apa yang dilakukan Tiongkok dan Brasil bersama-sama “bergema di seluruh dunia” yang menyoroti kolaborasi kedua negara dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok negara-negara berkembang BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Baca Juga: Momen Presiden Joe Biden Salaman dengan Presiden China Xi Jinping di Peru
Xi menyebut Tiongkok dan Brasil sebagai sahabat yang dapat diandalkan dengan tujuan yang sama dan kekuatan positif untuk memajukan perdamaian.
Menurut pernyataan dari istana kepresidenan Brasil pada 13 November, dari Januari hingga Oktober 2024, perdagangan antara kedua negara mencapai $136,3 miliar.
"Sejak 2004, ketika Presiden Lula mengunjungi Tiongkok untuk pertama kalinya, perdagangan bilateral telah tumbuh lebih dari 17 kali lipat. Ekspor ke Tiongkok lebih besar daripada jumlah penjualan kami ke Amerika Serikat dan Uni Eropa," kata Eduardo Saboia, sekretaris untuk Asia dan Pasifik di Kementerian Luar Negeri, dalam pernyataan tersebut.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.