JAKARTA, KOMPAS.TV - Tanggal 5 November 2024 menjadi pesta demokrasi bagi warga negara Amerika Serikat (AS) yang akan memilih pemimpin pada Pemilu AS atau Pilpres AS, tak terkecuali bagi para diaspora Indonesia.
Di tahun ini, ada dua kandidat terkuat calon presiden, yaitu Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.
Sebagai warga negara AS yang memiliki latar belakang imigran, mereka menghadapi berbagai isu mulai dari kebijakan imigrasi, ekonomi, hingga kemanusiaan.
Hal-hal tersebutlah yang kemudian menjadi faktor penentu pilihan para diaspora Indonesia di AS.
Marshella Lie, seorang dosen yang baru menapaki tahun keenam sebagai warga negara AS, memilih kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
“Karena saya seorang imigran, jadi saya ingin pemimpin yang melindungi imigran, terutama imigran yang ingin berkarya di negara ini. Karena tidak semua imigran membuat onar,” ungkapnya kepada VOA Indonesia.
Marshella menilai Kamala Harris sebagai kandidat presiden yang memiliki prinsip sejalan dengan imigran.
“Karena mempunyai prinsip yang hampir sama terhadap prinsip para imigran yang datang ke negara ini,” jelas Marshella.
Baca Juga: Pilpres AS 2024 Ditentukan Hari Ini, Warga Mulai Datangi TPS untuk Pilih Presiden
Berbeda dengan Marshella, Ricky Suyono yang menjadi warga AS yang sejak usia 14 tahun, memilih Donald Trump dari Partai Republik.
Ricky yang saat ini tinggal di Florida melihat pengalaman masa kecilnya sebagai imigran menjadi landasan pandangannya terhadap kebijakan imigrasi yang lebih ketat.
“Banyak imigran ilegal dan saya juga pindah ke sini waktu kecil, saya imigran. Dan saya ingat waktu kecil, susah banget untuk masuk ke sini,” ujar Ricky.
Lebih dari itu, bagi Ricky, kepemimpinan Trump selama periode sebelumnya memberikan dampak positif pada perekonomian.
“At the end of the day, he runs the country beautifully (Pada akhirnya, dia menjalankan negara dengan baik). Negara kita, waktu dia menjadi presiden, ekonomi kita perfectly,” ujarnya.
Di sisi lain, Anisa Schaub, diaspora Indonesia yang tinggal di Wisconsin, merasa kecewa dengan dua partai besar dan memilih third party dalam Pemilu AS 2024.
“Saya enggak mungkin milih presiden yang enggak peduli dengan kemanusiaan,” kata Anisa yang memiliki kepedulian terhadap isu kemanusiaan, terutama dalam konflik Israel-Palestina.
Kekecewaan Anisa terhadap dua partai besar ini mendorongnya untuk mencari pilihan alternatif yang lebih sesuai dengan prinsip kemanusiaan yang diusungnya.
“Sebetulnya saya betul-betul kecewa, ya. Terus terang saja, saya enggak begitu happy,” ucapnya.
Baca Juga: Hari Pencoblosan Pilpres AS, Kamala Harris dan Donald Trump bersaing Jadi Presiden Amerika Serikat!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.