WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden makin pesimistis gencatan senjata di Gaza bisa segera terjadi.
Padahal sebelumnya ia selalu menegaskan keyakinannya gencatan senjata di Gaza bisa terjadi.
Apalagi, setelah pemimpin Hamas Yahya Sinwar tewas dibunuh tentara Israel, Rabu (16/10/2024).
Baca Juga: Putin: Pertumbuhan Ekonomi Akan Berpusat di Negara BRICS, Arab Saudi, Asia Tenggara, dan Afrika
Bahkan tak lama setelah kematian Sinwar, Biden mengatakan perang akan segera berakhir.
Namun, dia malah menegaskan gencatan senjata di Lebanon memiliki peluang lebih besar.
“Masih ada peluang untuk melakukan gencatan senjata di Lebanon, namun akan sulit untuk bisa melakukannya di Gaza,” kata Biden saat akan mengunjungi Berlin, Jerman, Jumat (17/10/2024) dikutip dari BBC Internasional.
Hal itu semakin terlihat setelah Israel meningkatkan serangannya ke kamp pengungsi di Jabalia, Gaza.
Pasukan Zionis mengirimkan unit tentara lainnya untuk membantu pasukan yang sudah beroperasi di kawasan yang sudah dikepung selama dua pekan.
Pasukan medis Palestina mengungkapkan setidaknya 30 orang telah tewas terbunuh dan banyak lainnya yang cedera di Jabalia setelah serangan Israel mengenai sejumlah rumah.
Kantor Berita Palestina WAFA, mengungkapkan setidaknya 20 perempuan dan anak-anak berada di antara yang tewas.
Israel sendiri tak memberikan komentarnya terkait hal tersebut.
Sebelum serangan terbaru, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 39 warga Palestina telah terbunuh karena serangan Israel pada Jumat, dan kebanyakan di Jabalia.
Yahya Sinwar sendiri dilaporkan terbunuh bukan karena operasi khusus Israel, namun lebih kepada kebetulan.
Baca Juga: Rusia Khawatirkan Dampak Pembunuhan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar terhadap Timur Tengah
Hal itu terjadi setelah tentara Israel yang patroli melihat tiga kombatan memasuki gedung di Rafah, Gaza.
Mereka pun melakukan serangan dan setelahnya menemukan jasad yang diduga sebagai Yahya Sinwar.
Baik Israel dan Hamas pun mengonfirmasi bahwa Yahya Sinwar telah tewas dalam serangan itu.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.