NEW YORK, KOMPAS.TV – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov meminta Israel menghentikan penggunaan "metode yang pada dasarnya teroristik" dalam menyelesaikan konflik politik.
Pernyataan itu disampaikan Lavrov terkait pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, oleh Israel lewat serangan udara ke selatan Kota Beirut, Lebanon, Jumat (27/9/2024) waktu setempat.
Dalam konferensi pers di New York, Sabtu (28/9/2024) atau Minggu WIB, Lavrov menyatakan dirinya punya kesan Israel berupaya memprovokasi Iran dan Hizbullah, untuk mendorong Amerika Serikat terlibat langsung dalam konflik.
Baca Juga: Menlu Retno Sindir Netanyahu di Sidang Umum PBB: Bagaimana Kita Percaya Israel Mendamba Perdamaian?
Diplomat Rusia tersebut mencatat pembunuhan Nasrallah bukanlah langkah provokatif pertama Israel.
Sebelumnya, Israel juga diduga kuat membunuh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, saat ia berada di ibu kota Iran, Teheran, pada Juli 2024. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pemakaman Presiden Ebrahim Raisi.
Sebelum itu, Israel juga menyerang misi diplomatik Iran di ibu kota Suriah, Damaskus.
"Kelihatannya Israel ingin menciptakan alasan bagi AS untuk terlibat dalam perang ini. Dan untuk menciptakan alasan itu, Israel telah memprovokasi Iran dan Hizbullah. Dalam situasi ini, kepemimpinan Iran bertindak dengan sangat bertanggung jawab," kata Lavrov, dikutip dari Anadolu.
"Saya tidak berpikir ini adalah jalur yang benar, dan saya yakin pertumpahan darah harus segera dihentikan."
Baca Juga: Ancaman Terbaru Netanyahu: Tiada Tempat di Iran atau Timur Tengah yang Tidak Bisa Dijangkau Israel
Ketika ditanya mengenai kesediaan Israel untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB, Lavrov menjawab, "Saya tidak melihat adanya keinginan Israel untuk melaksanakan rencana perdamaian apa pun."
Dia juga berjanji untuk terus berupaya mencegah agar konflik di Timur Tengah tidak meluas ke negara-negara lain.
Dia membandingkan tindakan Israel dengan Ukraina, dengan menyatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga melakukan segala cara untuk memprovokasi keterlibatan langsung NATO dalam pertempuran dengan Rusia.
Adapun tentang proposal Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meninjau kembali doktrin nuklir, Lavrov mengatakan Moskow percaya pernyataan Putin "telah didengar."
Namun, dia menegaskan Rusia tidak berencana untuk menambah jumlah persenjataan nuklirnya.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.