BEIRUT, KOMPAS TV - Kementerian Kesehatan Lebanon hari Minggu, 22 September 2024 mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel di selatan Beirut pada hari Jumat telah meningkat menjadi 45 orang.
Serangan tersebut merusak dua bangunan di distrik Dahiya di ibu kota Lebanon saat jam sibuk, dan lebih dari 60 orang terluka.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa “pekerjaan untuk mengangkat puing-puing masih berlangsung selama tiga hari berturut-turut” dan bahwa pengambilan sampel DNA akan digunakan untuk menentukan identitas beberapa jenazah.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka melakukan serangan tersebut terhadap anggota senior dari Pasukan Radwan Hizbullah yang elite.
Konflik antara Hizbullah dan Israel bukanlah barang baru. Serangan dramatis pada 17 September 2024 terhadap operasi Hizbullah menandai babak baru dalam pertikaian yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Sejak 8 Oktober, Hizbullah telah melancarkan serangan melintasi perbatasan selatan Lebanon untuk menanggapi perang Israel di Gaza, yang telah membunuh setidaknya 41.000 orang.
Israel membalas serangan tersebut, mengintensifkan dan memperlambat aksi mereka melawan salah satu kelompok pejuang non-pemerintah yang paling berpengalaman dan dipersenjatai dengan baik di wilayah tersebut. Konflik antara Hizbullah dan Israel bukanlah hal baru; hal ini telah berlangsung hampir setengah abad.
Berikut adalah timeline yang dilaporkan oleh Al Jazeera.
Baca Juga: Hizbullah Serang Markas Tentara Israel Dekat Haifa dengan Rentetan Rudal Usai Serangan di Beirut
1982 – Invasi dan Pembentukan
Israel menginvasi Lebanon pada Juni 1982, dengan alasan untuk merespons serangan yang diluncurkan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dari wilayah selatan Lebanon. Perang saudara Lebanon telah berlangsung selama tujuh tahun pada waktu itu. Israel berharap dapat memasang pemerintahan yang bersahabat di Lebanon dan menguasai wilayah tersebut, termasuk Beirut barat, yang menjadi basis PLO.
Setelah kesepakatan, PLO meninggalkan Lebanon menuju Tunisia, tetapi militer Israel tetap di Lebanon, mendukung kelompok proksi lokal dalam perang saudara dan berkontribusi pada pembantaian Sabra dan Shatila.
Pembantaian ini dilakukan oleh milisi kanan, yang bekerja sama dengan angkatan bersenjata Israel, dan mengakibatkan antara 2.000 hingga 3.500 pengungsi Palestina dan warga sipil Lebanon tewas dalam dua hari.
Di tengah kekacauan ini, Hizbullah muncul sebagai reaksi terhadap invasi. Hizbullah adalah hasil pemikiran para pemimpin Muslim, didukung oleh Iran, dengan mandat untuk mengusir Israel.
Dengan menarik dukungan dari pemuda dan warga di kawasan marginal dengan populasi Syiah yang besar, terutama di Lembah Bekaa dan pinggiran selatan Beirut, Hizbullah dengan cepat menjadi kekuatan yang signifikan di Lebanon.
Baca Juga: Korban Serangan Udara Israel di Beirut Jadi 31 Warga Sipil, Hizbullah Bersumpah Membalas
1983 – Serangan
Antara 1982 dan 1986, sejumlah serangan terhadap kehadiran militer asing di Lebanon diluncurkan dan banyak diatributkan kepada Hizbullah.
Pada 23 Oktober 1983, pemboman beberapa gedung barak di Beirut menewaskan lebih dari 300 pasukan penjaga perdamaian Prancis dan Amerika. Pemboman ini diklaim oleh kelompok Jihad Islam, yang dianggap oleh banyak pihak sebagai front Hizbullah.
1985 – Pertumbuhan Hizbullah
Pada 1985, Hizbullah telah tumbuh cukup kuat untuk memaksa militer Israel mundur ke Sungai Litani di selatan Lebanon. Israel kemudian mendeklarasikan "zona keamanan" di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, yang dijaga oleh Angkatan Darat Lebanon Selatan (SLA), yang biasanya dianggap sebagai kekuatan proksi Israel dan terus mendukung pendudukan Lebanon selatan hingga penarikan Israel pada tahun 2000.
1992 – Politik
Setelah perang saudara Lebanon berakhir pada tahun 1992, Hizbullah memasuki politik parlementer dan berhasil memenangkan delapan kursi di majelis 128 kursi.
Jumlah kursi Hizbullah terus meningkat, dan kini mereka serta sekutu memiliki 62 kursi di parlemen. Hizbullah juga menjalankan berbagai program sosial di daerah-daerah di mana kehadiran mereka paling kuat, yang semakin meningkatkan pengaruhnya.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.