Sementara dilansir Yonhap, peluncuran tersebut diduga merupakan bagian dari upaya Korea Utara untuk unjuk kekuatan di tengah dinamika politik internasional yang melibatkan Pyongyang.
Kekhawatiran semakin meningkat setelah Korea Utara minggu lalu memberikan akses yang jarang terjadi ke salah satu fasilitas pengayaan uraniumnya.
Kim Jong Un dikabarkan meminta peningkatan jumlah sentrifugal untuk mempercepat produksi material senjata nuklir.
Hal itu dipandang sebagai langkah yang akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan, mengingat ambisi Korea Utara untuk memperbanyak senjata nuklirnya.
Di sisi lain, para pengamat menyebut aksi provokasi ini bisa jadi bagian dari strategi Korea Utara untuk menarik perhatian internasional.
Beberapa ahli berpendapat peluncuran rudal tidak hanya ditujukan untuk menekan pemerintahan Amerika Serikat yang akan datang, tetapi juga sebagai bentuk hubungan dengan Rusia.
Hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow semakin erat, terutama setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui ke Rusia untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Amerika Serikat dan Korea Selatan sebelumnya menuding Korea Utara telah memasok rudal balistik canggih kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Meskipun kedua negara membantah adanya perdagangan senjata tersebut, laporan dari Conflict Armament Research, sebuah lembaga yang berpusat di Inggris, menunjukkan Korea Utara terus mengekspor senjata canggih ke Rusia, termasuk rudal yang diduga diproduksi tahun ini.
Baca Juga: Kim Jong Un Pamer Fasilitas Uranium, Tegaskan Ingin Tingkatkan Kekuatan Nuklir Korea Utara
Sumber : Japan Times/Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.