WASHINGTON, KOMPAS TV – Calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Kamala Harris, bertemu dalam debat pada Selasa (10/9/2024) malam waktu setempat atau Rabu (11/9/2024) pagi waktu Indonesia.
Ini merupakan debat pertama yang mempertemukan keduanya secara langsung, dan mungkin juga yang terakhir.
Harris yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden dan menjadi capres dari Partai Demokrat, membuka debat dengan langkah tegas, berjalan ke podium Trump untuk menjabat tangannya.
"Kamala Harris," katanya, memperkenalkan diri.
"Mari kita berdebat dengan baik."
Trump merespons, "Senang bertemu. Nikmati debat ini."
Percakapan ini mengatur nada perdebatan selama 90 menit ke depan. Harris dinilai berhasil mengendalikan pembicaraan, menyerang kebijakan ekonomi Trump, penolakannya untuk mengakui kekalahan dalam Pemilu 2020, hingga performanya di berbagai rapat umum.
Trump yang awalnya terlihat tenang, menjadi semakin kesal seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Pertama Kali, Kamala Harris dan Donald Trump Akan Berhadapan Langsung dalam Debat Capres AS
Serangan Harris
Dalam jawabannya yang pertama, Harris langsung menyerang rencana kebijakan pajak Trump, menyebutnya sebagai pajak penjualan yang akan membebani kelas menengah.
Dia juga menuduh Trump memimpin "serangan terburuk terhadap demokrasi Amerika sejak Perang Saudara", merujuk pada kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021.
Harris menuduh Trump mengendalikan tubuh perempuan dengan kebijakan anti-aborsi, dan mengejek pujian Trump terhadap diktator yang "akan memakanmu untuk makan siang."
Dia berhasil memprovokasi Trump hingga akhirnya terjebak dalam respons yang terkadang penuh kemarahan, dan di lain waktu, menjadi pengingat akan retorika liarnya serta obsesinya terhadap masa lalu.
"Anda benar-benar kalah dalam pemilihan itu," kata Harris, merujuk pada Pemilu 2020 yang dimenangi Joe Biden, meskipun Trump masih bersikeras bahwa ia yang menang.
"Donald Trump dipecat oleh 81 juta orang," tambahnya.
Namun, momen yang paling memancing emosi Trump adalah ketika Harris menyindir performa Trump di rapat umumnya, dan mengatakan banyak orang sering meninggalkan acara sebelum selesai.
Trump yang terlihat semakin kesal, membela diri dengan menyatakan rapat umumnya jauh lebih besar daripada milik Harris.
Baca Juga: Capres AS Kamala Harris Tegaskan Tidak Akan Ada Embargo Senjata untuk Israel
Trump Menghantam dengan Isu Imigrasi dan Ekonomi
Meskipun lebih sering dalam posisi bertahan, Trump tetap fokus pada pesan inti kampanyenya: inflasi dan imigrasi.
"Imigran telah menghancurkan tatanan negara kita," ujar Trump.
Dia terus mengaitkan Harris dengan Biden, menyebut Harris sebagai "Biden".
"Inflasi terburuk yang pernah kita alami," tambah Trump.
"Ekonomi yang mengerikan karena inflasi membuat segalanya begitu buruk. Dan dia tidak bisa lari dari itu."
Harris menanggapi, "Jelas, saya bukan Joe Biden, dan saya tentu saja bukan Donald Trump. Yang saya tawarkan adalah kepemimpinan generasi baru untuk negara kita."
Isu Ras Mengemuka
David Muir dari ABC bertanya kepada Trump secara langsung tentang komentarnya bulan lalu yang mengatakan Harris "belakangan ini baru menjadi orang kulit hitam."
Harris yang berdarah Afrika-Amerika dan Asia Selatan, merupakan lulusan Howard University, universitas historis kulit hitam di Washington. Trump mencoba mengecilkan masalah itu.
"Saya tidak peduli apa pun dia, kamu terlalu membesar-besarkan hal ini. Saya tidak peduli," jawab Trump.
Harris langsung mengambil kesempatan itu dengan menyebut daftar panjang kontroversi rasial Trump: mulai dari penyelesaian hukum untuk diskriminasi terhadap calon penyewa kulit hitam di gedung apartemennya di New York pada 1970-an, hingga iklannya yang menyerukan hukuman mati bagi remaja kulit hitam dan Latino yang salah ditangkap dalam kasus "Central Park Jogger" pada 1980-an, dan klaim palsunya bahwa Presiden Barack Obama tidak lahir di Amerika Serikat.
"Saya pikir rakyat Amerika menginginkan sesuatu yang lebih baik dari itu," kata Harris.
Trump menuduh Harris mencoba "memecah belah" rakyat dan menolak tuduhan itu dan menyebutnya sebagai isu lama.
"Ini orang yang harus mengingat 40, 50 tahun lalu karena tidak ada yang relevan sekarang," katanya.
Baca Juga: Perancis Jadi Satu-satunya Negara di Dunia yang Menjamin Aborsi Sebagai Hak Perempuan
Debat Sengit tentang Aborsi
Harris langsung menyerang dengan membela hak aborsi, salah satu isu terkuat Demokrat sejak pengangkatan hakim Mahkamah Agung oleh Trump yang membatalkan hak konstitusional atas aborsi.
Ia memberikan argumen tajam, berbeda dengan pernyataan Biden yang sering kali melantur dalam debat pada Juni lalu.
"Donald Trump dan pemerintah seharusnya tidak mengatur tubuh perempuan," kata Harris.
Ia menggambarkan situasi tragis wanita yang harus menghadapi komplikasi medis, keputusan sulit, dan harus bepergian ke luar negara bagian untuk melakukan aborsi.
Trump, di sisi lain, mempertahankan pembatalan Roe v. Wade dengan mengatakan ia mengembalikan keputusan tersebut ke negara bagian, sesuai keinginan banyak warga AS.
Namun, ia terus mengulang klaim palsu bahwa Demokrat mendukung aborsi bahkan setelah bayi lahir, meskipun sudah dikoreksi oleh moderator Lynsey Davis.
"Saya melakukan pelayanan besar dengan membatalkan itu," kata Trump, merujuk pada pembatalan Roe v. Wade.
"Dan Mahkamah Agung menunjukkan keberanian besar dalam melakukannya. Saya sangat menghargai enam hakim itu."
Survei menunjukkan penolakan signifikan terhadap pembatalan Roe v. Wade, dan pemilih telah menghukum Partai Republik dalam pemilu terakhir karenanya.
Ketika ditanya apakah dia akan memveto undang-undang yang melarang aborsi nasional, Trump menolak menjawab dengan tegas, dan mengatakan undang-undang semacam itu tidak mungkin lolos di Kongres.
Baca Juga: Trump Ngambek Putin Pilih Dukung Kamala Harris di Pilpres AS, Merasa Tersinggung
"Saya Sedang Berbicara!"
Trump membalas serangan ketika dia menegur Harris yang memotong pembicaraan—interupsi yang tidak terdengar oleh penonton karena mikrofon Harris dimatikan sesuai aturan debat.
"Tunggu sebentar, saya yang berbicara sekarang," kata Trump, mengulang ucapan yang dulu digunakan Harris saat berdebat dengan Mike Pence pada 2020.
"Terdengar familiar?" tambahnya.
Trump yang Terkendali, namun Sesekali Tidak
Saat berlangsungnya debat, Trump sebagian besar berhasil mengendalikan dirinya, meskipun saat Harris memancingnya, ia mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.
Trump menyebarkan rumor palsu bahwa imigran Haiti di Ohio memakan hewan peliharaan—sebuah klaim yang dibantah oleh pejabat setempat.
Saat Harris menyinggung kasus-kasus kriminal dan perdata yang dihadapi Trump, ia menuduh Harris dan Biden sebagai dalangnya.
"Saya mungkin tertembak di kepala karena hal-hal yang mereka katakan tentang saya," ujar Trump, merujuk pada upaya pembunuhan pada Juli lalu oleh seorang pria bersenjata.
Ketika ditanya apakah dia bertanggung jawab atas kerusuhan Capitol, Trump membentak dan menyalahkan Nancy Pelosi dan wali kota Washington.
Ia juga membela para perusuh dengan mengatakan mereka "diperlakukan sangat buruk" dan tetap bersikeras bahwa ia tidak kalah dalam Pemilu 2020.
Harris menanggapi, "Donald Trump dipecat oleh 81 juta orang, mari kita perjelas hal itu."
Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Lebih Dukung Kamala Harris Ketimbang Donald Trump
Pertarungan Gagasan Ekonomi
Debat dimulai dengan diskusi mengenai ekonomi. Harris menyerang rencana tarif besar-besaran Trump dan defisit perdagangan yang terjadi di masa pemerintahannya.
Trump, seperti biasa, membombardir Harris dengan tuduhan inflasi, meskipun beberapa klaimnya tidak akurat.
Dia menyebut Harris sebagai "Marxis", meskipun wakil presiden itu baru saja mengutip ulasan positif dari Goldman Sachs dan Wharton School.
Trump juga berkeras bahwa rakyat AS masih mengenang masa pemerintahannya dengan baik.
"Saya menciptakan salah satu ekonomi terbesar dalam sejarah negara kita," kata Trump.
Harris menjawab tegas, "Donald Trump tidak punya rencana untuk kalian."
Survei Associated Press-NORC pada Agustus lalu menunjukkan rakyat AS sedikit lebih cenderung mempercayai Trump daripada Harris dalam hal penanganan ekonomi.
Sumber : Kompas TV, Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.