Dalam pernyataan pada hari Selasa, kantor Netanyahu membantah hal ini, menyebut syarat tambahan tersebut sebagai "klarifikasi penting."
Menurut kantor tersebut, Hamas telah menambahkan 29 tuntutan baru, tanpa merinci apa saja tuntutan tersebut.
Pejabat Mesir mengatakan Israel ingin mempertahankan kontrol atas jalur tanah di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir yang dikenal sebagai koridor Philadelphi.
Israel yakin Hamas menggunakan wilayah tersebut untuk menyelundupkan senjata melalui terowongan bawah tanah, yang dibantah oleh Mesir.
Israel juga ingin mempertahankan pasukan di sepanjang rute timur-barat yang membelah Gaza, untuk mencegah militan melintasi wilayah utara.
Kantor Netanyahu mengatakan bahwa Israel ingin ada cara untuk memastikan hal ini, tetapi membantah tuduhan bahwa ini adalah syarat tambahan.
Hamas menolak gagasan ini, dengan mengatakan bahwa Israel akan menggunakan ini sebagai alasan untuk mencegah warga Palestina kembali ke rumah mereka.
Pejabat Mesir dan kantor Netanyahu mengatakan Israel juga ingin memiliki hak veto atas tahanan Palestina yang akan dibebaskan. Hamas menolak untuk berkompromi dalam hal ini, kata mereka.
Israel juga ingin mendapatkan daftar sandera yang masih hidup, syarat lain yang ditolak oleh Hamas, menurut para pejabat yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak diizinkan untuk membahas pembicaraan sensitif ini dengan media.
Baca Juga: AS Kembali Jual Senjata Senilai Rp300 Triliun ke Israel, Jet F-15, Rudal dan Amunisi Canggih
Apa Lagi yang Memperumit Proses Ini?
Pembicaraan semakin kacau bulan lalu ketika sebuah ledakan menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat dia berada di Teheran untuk pelantikan presiden Iran.
Serangan itu secara luas dianggap dilakukan oleh Israel, meskipun Israel belum mengonfirmasi atau menyangkalnya.
Biden mengatakan pembunuhan tersebut "tidak membantu" upaya gencatan senjata, dan pembicaraan pun terhenti.
Pembunuhan tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Israel membunuh seorang komandan puncak Hezbollah dalam serangan di Beirut.
Kedua serangan ini memicu ancaman balasan dari Iran dan Hezbollah, dan ketakutan akan perang besar membuat perhatian internasional beralih dari upaya untuk menghentikan pertempuran di Gaza.
Pembunuhan ini memicu aktivitas diplomatik yang sibuk dan membuat AS mengarahkan kekuatan militernya ke wilayah tersebut.
Baik Netanyahu maupun pemimpin baru Hamas, Yahya Sinwar, punya alasan untuk melanjutkan perang.
Kritikus Netanyahu mengatakan bahwa dia memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya sendiri.
Mitra koalisi sayap kanannya sudah berjanji akan menjatuhkan pemerintah jika dia menyetujui gencatan senjata, yang bisa memicu pemilihan yang mungkin akan menyingkirkannya dari kekuasaan.
Netanyahu mengatakan bahwa dia mengutamakan kepentingan negara.
Hamas mendapatkan keuntungan dari kecaman internasional terhadap Israel akibat perang ini.
Dan secara pribadi, pembunuhan Haniyeh menunjukkan nyawa Sinwar sendiri bisa terancam jika dia muncul begitu perang berakhir.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.