YERUSALEM, KOMPAS.TV - Sekitar 150.000 warga Israel terjebak di luar negeri setelah penerbangan internasional ke Tel Aviv dihentikan karena ketegangan antara organisasi politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah, dan Israel, seperti dilaporkan stasiun televisi Israel, Channel 12, Minggu (4/8/2024).
Sebelumnya KAN, penyiar publik resmi Israel, melaporkan sekitar 4.000 penumpang yang terjebak di luar negeri telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Israel di Tel Aviv untuk memfasilitasi kepulangan mereka.
Akibat ketegangan Hizbullah dan Israel, 15 maskapai internasional membatalkan penerbangan menuju dan dari Tel Aviv sejak Senin (29/7/2024) lalu.
Beberapa maskapai menghentikan penerbangan hanya untuk beberapa hari, namun ada yang menunda tanpa batas waktu.
Menurut harian Israel, Maariv, penerbangan antara Tel Aviv dan Eilat di selatan Israel, juga dibatalkan sejak Sabtu (3/8/2024) malam hingga Minggu (4/8) karena situasi keamanan yang tidak menentu.
Ketegangan memuncak setelah Israel membunuh komandan militer senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan udara di selatan Kota Beirut pada 30 Juli lalu.
Ketua politik Hamas, Ismail Haniyeh, juga dibunuh di Teheran, ibu kota Iran, keesokan harinya dalam serangan yang diduga dilakukan Israel. Hingga kini, Tel Aviv belum mengonfirmasi atau menyangkal tuduhan tersebut.
Hamas dan Iran bersumpah akan membalas kematian Haniyeh, sementara Hizbullah berjanji akan merespons kematian Shukr.
Ketakutan akan perang besar antara Israel dan Hizbullah semakin memuncak di tengah baku tembak lintas perbatasan yang terus terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: 4.000 Warga Israel Terjebak di Luar Negeri akibat Maskapai Batalkan Penerbangan ke Tel Aviv
Maskapai-maskapai dari Amerika Serikat, Eropa, dan Asia menghentikan penerbangan ke Israel dan Lebanon karena alasan keamanan setelah perkembangan terbaru di Timur Tengah.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.