Ia menekankan pentingnya kesiapan Rusia dalam menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk penggunaan senjata nuklir jika diperlukan.
Ryabkov juga menyatakan mungkin akan tiba saatnya ketika Rusia perlu mengerahkan rudal nuklir sebagai tanggapan atas tindakan yang diambil oleh Barat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Presiden Vladimir Putin yang sebelumnya mengingatkan tentang langkah-langkah balasan terhadap rencana AS untuk menempatkan sistem rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026.
Putin mengatakan Rusia sedang dalam "tahap akhir" mengembangkan sistem serangan domestik yang mampu merespons ancaman dari luar.
Baca Juga: Jam Kiamat Bergerak: Diancam Perang Ukraina dan Senjata Nuklir, Akhir Peradaban Tinggal '90 Detik'
Dia memperingatkan bahwa Rusia akan mengambil "langkah-langkah balasan" jika AS terus dengan rencana tersebut, menegaskan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam dan akan melindungi kepentingan nasionalnya dengan segala cara.
Ryabkov menegaskan bahwa Moskow tidak akan membuat konsesi sepihak kepada Barat untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. "Rusia tidak akan memberikan tawaran, hadiah, konsesi, atau isyarat apa pun untuk menenangkan Washington," katanya.
Ia juga memperingatkan bahwa jika Barat mencoba memaksakan sesuatu yang hanya menguntungkan mereka, maka tidak akan ada kesepakatan.
"Jika mereka mencoba memaksakan sesuatu yang menguntungkan mereka secara sepihak kepada kita lagi, maka tidak akan ada kesepakatan. Itu satu-satunya cara," ujarnya.
Pernyataan ini menunjukkan sikap keras Rusia terhadap tekanan dari Barat dan menggambarkan ketegangan yang terus meningkat di panggung internasional.
Konflik Rusia-Ukraina yang dimulai pada tahun 2014 telah menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran.
Hingga saat ini, upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik tersebut masih menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak saling tuding dan meningkatkan kemampuan militer mereka.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.