KARACHI, KOMPAS TV - Sedikitnya 43 orang tewas dalam bentrokan antar suku terkait sengketa rebutan tanah di barat laut Pakistan selama satu minggu terakhir, Senin (30/7/2024).
"Bentrokan sporadis masih terjadi di beberapa bagian distrik Kurram yang rawan konflik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang berbatasan dengan Afghanistan, meskipun ada gencatan senjata yang diupayakan oleh para tetua suku sehari sebelumnya," kata Sahid Turi, mantan anggota parlemen dari distrik tersebut, melalui telepon.
Turi, yang juga anggota "jirga" atau majelis suku yang berusaha mempertahankan gencatan senjata yang rapuh ini, mengonfirmasi jumlah korban tewas. Dia menambahkan bahwa delapan orang lagi tewas dalam duel artileri semalam antara suku yang berseteru.
Bentrokan awalnya terjadi karena sengketa tanah antara suku Boshehra dan Maleekhel, tetapi kemudian berubah menjadi bentrokan sektarian di berbagai bagian distrik, menurut Turi.
Baca Juga: Massa Bakar Kantor Polisi dan Bunuh Pria Diduga Penista Agama, Polisi Pakistan Lakukan Penyelidikan
"Gencatan senjata telah diterapkan di beberapa daerah, tetapi beberapa bagian masih dalam baku tembak," tambah Turi.
"Kami berusaha sebaik mungkin untuk menghentikan kekerasan sepenuhnya," lanjutnya.
Sementara itu, hampir 180 orang terluka dalam bentrokan selama seminggu terakhir, ujar Mir Hassan Jan, kepala medis di Rumah Sakit Distrik Kurram, kepada wartawan.
Suku yang berseteru menggunakan artileri, roket dan mortir untuk saling serang, kata Ali Afzal, seorang jurnalis lokal, melalui telepon.
Baca Juga: Panas Ekstrem di Pakistan Tewaskan 568 Orang dalam 6 Hari, Suhu Mencapai 49 Derajat Celsius
Terletak sekitar 218 kilometer dari ibu kota provinsi Peshawar, distrik Kurram sering mengalami bentrokan suku dan sektarian dalam beberapa tahun terakhir.
Kota Parachinar di distrik ini adalah salah satu dari sedikit wilayah yang didominasi oleh komunitas Shia di Pakistan yang sebagian besar Sunni.
Sumber : Straits Times, Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.