KIEV, KOMPAS.TV - Menandatangani kesepakatan dengan Rusia untuk mengakhiri perang dengan Ukraina dianggap sebagai "perjanjian dengan setan". Hal ini diungkapkan Mykhailo Podolyak, salah satu penasihat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Jumat (26/7/2024).
Tekanan terus meningkat pada Ukraina untuk mencari jalan keluar dari lebih dua tahun konflik bersenjata dengan Rusia.
Menurut Podolyak, kesepakatan dengan Rusia hanya akan memberi waktu bagi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperkuat militernya dan memulai babak baru yang mungkin lebih brutal dalam perang ini.
Dalam wawancara dengan The Associated Press, Kamis (25/7/2024), Podolyak menjelaskan, "Jika Anda ingin menandatangani perjanjian dengan setan yang akan menarik Anda ke neraka, silakan. Itulah yang akan Rusia lakukan."
Podolyak menegaskan, jika Ukraina meneken kesepakatan dengan Rusia yang tidak mengakui kekalahan dan tidak bertanggung jawab atas kejahatan massal, itu berarti Ukraina hanya akan melanjutkan perang dengan skala yang berbeda, melibatkan lebih banyak korban dan penderitaan.
Pandangan ini umum di kalangan tim Zelenskyy dan banyak warga Ukraina. Namun, pandangan ini semakin bertentangan dengan tekanan dari Barat, karena Kiev menghadapi kondisi garis depan yang sulit melawan angkatan bersenjata Rusia yang lebih besar dan lebih lengkap, serta ketidakpastian mengenai dukungan politik dari sekutu terdekat Ukraina, Amerika Serikat (AS).
Kelelahan akibat perang juga tampaknya menggerogoti semangat warga Ukraina, yang harus menghadapi serangan konstan, pemadaman listrik, dan kehilangan orang-orang tercinta.
Sebuah jajak pendapat oleh Kyiv International Institute for Sociology menunjukkan jumlah warga Ukraina yang menolak konsesi teritorial kepada Rusia untuk mendapatkan perdamaian terus menurun. Pada Juli, angkanya adalah 55%, turun dari 74% pada Desember lalu.
Zelenskyy bahkan menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi dengan Rusia untuk pertama kalinya sejak invasi skala penuh pada 2022, dengan menyarankan agar Moskow mengirim delegasi ke pertemuan perdamaian global yang dijadwalkan pada November mendatang.
Namun, Podolyak menegaskan, kesepakatan saat ini hanya akan menunda kekerasan yang lebih besar.
"Ya, ini bisa menjadi pembekuan konflik untuk sementara waktu. Tapi ini berarti Federasi Rusia akan memperbaiki kesalahan dan memperbarui militernya," kata Zelenskyy. "Negara agresor tidak datang ke wilayah Ukraina untuk menandatangani perjanjian damai. Itu omong kosong!"
Baca Juga: Rusia Kembali Nyatakan Siap Berunding dengan Ukraina, tapi...
Perdamaian yang langgeng dan menguntungkan Ukraina memerlukan penurunan kekuatan militer Rusia yang konsisten melalui "tiga alat" yang sering disebutkan oleh Zelenskyy: dukungan militer yang meningkat, sanksi ekonomi yang efektif, dan tekanan diplomatik untuk mengisolasi Rusia.
Saat berbicara, Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba berada di China, salah satu sekutu terdekat Rusia, dalam misi untuk mempererat hubungan. Podolyak mengatakan tujuan dari kunjungan ini adalah untuk menjelaskan posisi Ukraina dan mengapa China harus memainkan peran yang lebih "aktif dan intensif" dalam mengakhiri perang sesuai hukum internasional.
Beberapa negara memperhatikan perkembangan pemilihan presiden AS dengan cermat. Namun, Zelenskyy yakin pemerintahnya telah membangun hubungan baik dengan kedua pihak di AS, kata Podolyak.
"Ukraina memiliki hubungan baik, dengan Partai Republik dan Partai Demokrat," jelasnya. "Ini bukan masalah hubungan pribadi, hanya pada tingkat kandidat-pemimpin. Ini adalah soal hubungan institusi antara partai-partai di AS dan partai serta institusi Ukraina."
Beberapa politisi Republik terkemuka, termasuk calon wakil presiden Trump, Senator JD Vance dari Ohio, telah menyatakan dukungan untuk menarik dukungan militer vital dari AS untuk Ukraina. Trump sering digambarkan mendukung pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Namun, Zelenskyy memanfaatkan pencalonan Trump sebagai kesempatan dan mengadakan kontak telepon dengannya tak lama setelah konvensi nasional Republik. Podolyak menegaskan bahwa percakapan telepon antara keduanya berlangsung positif.
Untuk Partai Demokrat, Podolyak mengaku memiliki "simpati besar" terhadap pemerintahan Presiden Joe Biden meskipun ia mengatakan keputusan mereka tentang Ukraina agak lambat.
"Tapi mereka membuat semua keputusan yang dibutuhkan Ukraina, entah bagaimana: pasokan senjata ke Ukraina; izin tambahan untuk serangan di wilayah perbatasan Federasi Rusia; dukungan diplomatik dan informasi global untuk Ukraina, dan seterusnya."
Apa pun hasil pemilihan pada bulan November nanti, Podolyak yakin Ukraina akan terus memiliki hubungan kuat dengan AS.
"Terlepas dari siapa yang akan menjadi presiden, saya tidak melihat skenario di mana bantuan untuk Ukraina bisa dihentikan," katanya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.