Kompas TV internasional kompas dunia

Washington Peringatkan Beijing, AS Siap Bela Filipina usai Bentrokan di Laut China Selatan

Kompas.tv - 18 Juni 2024, 17:12 WIB
washington-peringatkan-beijing-as-siap-bela-filipina-usai-bentrokan-di-laut-china-selatan
Kapal AL Filipina BRP Sierra Madre di Second Thomas Shoal, atau Ayungin Shoal, di Laut China Selatan, 23 April 2023. Kapal China dan kapal Filipina bertabrakan di dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan di Selatan Laut China pada Senin, 17 Juni 2024, kata penjaga pantai China. (Sumber: AP Photo / Philippines Navy)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

MANILA, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) kembali memperingatkan China, Selasa (18/6/2024). AS menyebut pihaknya wajib membela Filipina sekutunya usai bentrokan yang mengakibatkan personel angkatan laut (AL) Filipina terluka parah dan kapal pasokan mereka rusak dalam konfrontasi serius dengan China di kawasan gosong karang yang disengketakan di Laut China Selatan.

China dan Filipina saling menyalahkan atas insiden yang terjadi pada Senin (17/6) di Gosong Karang Second Thomas. Lokasi ini telah diduduki oleh kontingen kecil AL Filipina yang berada di atas kapal perang yang terdampar. Kapal ini diawasi ketat oleh penjaga pantai, angkatan laut, dan kapal milisi yang diduga milik China dalam perselisihan teritorial yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Khawatir bahwa perselisihan ini, yang lama dianggap sebagai titik panas di Asia, dapat meningkat menjadi konflik yang lebih besar, banyak pihak waspada terhadap potensi eskalasi yang bisa melibatkan AS dan China dalam konflik yang lebih luas.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell membahas tindakan China dengan Maria Theresa Lazaro, mitranya dari Filipina, melalui panggilan telepon. Mereka sepakat tindakan China "membahayakan perdamaian dan stabilitas regional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.

Campbell menegaskan kembali Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951, yang mengharuskan Washington dan Manila saling membantu dalam konflik besar, “mencakup serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal publik, atau pesawat, termasuk penjaga pantainya, di mana saja di Laut China Selatan,” menurut Miller.

Satuan tugas pemerintah Filipina yang mengawasi sengketa teritorial mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "manuver berbahaya, termasuk menabrak dan menarik," yang mengganggu upaya rutin untuk mengangkut makanan, air, dan pasokan lainnya kepada personel Filipina yang berjaga di BRP Sierra Madre di terumbu karang tersebut.

“Meskipun ada tindakan ilegal, agresif, dan ceroboh oleh kekuatan maritim China, personel kami menunjukkan pengendalian diri dan profesionalisme, menahan diri untuk tidak meningkatkan ketegangan, dan melanjutkan misi mereka,” kata satuan tugas Filipina tanpa merinci lebih lanjut. “Tindakan mereka membahayakan nyawa personel kami dan merusak kapal kami secara terang-terangan melanggar hukum internasional.”

Penjaga pantai China mengatakan Filipina "sepenuhnya bertanggung jawab atas insiden ini." Mereka menyatakan bahwa kapal Filipina "mengabaikan peringatan berulang dari China dan dengan cara yang tidak profesional mendekati kapal China yang sedang berlayar normal, mengakibatkan tabrakan."

Baca Juga: Pelaut Filipina Dilaporkan Cedera Parah dalam Insiden Blokade Tiongkok di Laut China Selatan

Pasukan Filipina mengawasi kapal penjaga pantai mereka saat mereka mengamankan pulau Thitu yang diduduki Filipina, yang secara lokal disebut pulau Pag-asa, pada 1 Desember 2023, di Laut China Selatan yang disengketakan. (Sumber: AP Photo)

Dua kapal cepat, yang mencoba mengirimkan bahan konstruksi dan pasokan lainnya ke kapal militer yang ditempatkan di kawasan gosong karang itu, mengiringi kapal pasokan tersebut, menurut Kementerian Luar Negeri China, yang menggambarkan manuver penjaga pantainya sebagai “profesional, terkendali, masuk akal, dan sah."

Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro Jr. mengatakan Senin malam bahwa angkatan bersenjata negaranya akan melawan “perilaku berbahaya dan ceroboh China” yang “bertentangan dengan pernyataan soal niat baik dan kesopanan mereka."

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi mandat kami untuk melindungi integritas teritorial, kedaulatan, dan hak berdaulat kami,” kata Teodoro. “Sekarang harus jelas bagi komunitas internasional bahwa tindakan China adalah penghalang sebenarnya bagi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.”

Beberapa insiden telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir di dekat gosong karang yang terletak kurang dari 370 kilometer dari pantai terdekat Filipina. Filipina menjaga kapal Sierra Madre, yang telah berkarat sejak sengaja dikandaskan pada 1999 tetapi tetap menjadi kapal militer yang aktif. Artinya, serangan terhadapnya bisa dianggap oleh Filipina sebagai tindakan perang.

China semakin tegas dalam menekan klaimnya atas hampir seluruh Laut China Selatan, yang menyebabkan semakin banyak konflik langsung dengan negara-negara lain di kawasan tersebut, terutama Filipina dan Vietnam.

Undang-undang baru China, yang mulai berlaku Sabtu kemarin, mengizinkan penjaga pantainya untuk menyita kapal asing “yang secara ilegal memasuki perairan teritorial China” dan menahan kru asing hingga 60 hari. Undang-undang ini juga menyebutkan bahwa penjaga pantai China dapat menembaki kapal asing jika diperlukan.

Setidaknya tiga negara pesisir yang mengeklaim perairan tersebut, yakni Filipina, Vietnam, dan Taiwan, mengatakan mereka tidak mengakui undang-undang tersebut.

Malaysia dan Brunei juga terlibat dalam sengketa teritorial yang telah berlangsung lama, yang dianggap sebagai garis patahan sensitif dalam persaingan lama AS-China di kawasan tersebut.


 

 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x