YERUSALEM, KOMPAS.TV - Pengunduran diri Benny Gantz, seorang anggota senior Kabinet Perang Israel dari kubu oposisi, merupakan bentuk ketidakpercayaan yang dramatis terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan strateginya dalam perang delapan bulan dengan Hamas.
Namun, kepergian Benny Gantz tampaknya tidak segera mengancam Netanyahu, yang masih mengendalikan koalisi mayoritas di parlemen. Untuk saat ini, pemimpin Israel itu semakin bergantung pada sekutu sayap kanan yang menentang proposal gencatan senjata yang didukung AS dan ingin melanjutkan perang.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai keputusan Gantz dan dampaknya terhadap politik Israel dan perang, menurut laporan Associated Press, Rabu (12/6/2024).
Baca Juga: AS Desak Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata, padahal Netanyahu yang Menolak Berulang Kal
Mengapa Gantz Mundur dan Apa Rencana Perangnya?
Gantz, seorang sentris atau berhalauan tengah yang dianggap sebagai lawan politik utama Netanyahu, mengundurkan diri setelah berbulan-bulan ketegangan dalam Kabinet Perang mengenai strategi Israel di Gaza.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menuduh Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di seluruh Israel selatan dan membawa sekitar 250 sandera kembali ke Gaza. Sejak itu, Netanyahu berjanji mengalahkan Hamas dan membawa pulang para sandera.
Namun seiring berjalannya perang, banyak warga Israel, termasuk Gantz, semakin frustrasi dengan kurangnya kemajuan dalam upaya membawa pulang sandera dan mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Mereka mengatakan Netanyahu lebih mengutamakan kelangsungan politiknya sendiri daripada kepentingan negara, memperpanjang perang untuk menghindari pemilu baru dan persidangan korupsinya.
Gantz, yang popularitasnya meningkat sejak perang dimulai, memberikan ultimatum kepada Netanyahu bulan lalu.
Ia mengancam akan keluar dari pemerintah pada 8 Juni 2024 jika Netanyahu tidak mendukung rencana untuk mengembalikan sandera, mengakhiri kekuasaan Hamas, melucuti senjata Jalur Gaza, membentuk pemerintahan internasional untuk urusan sipil di Gaza, menormalkan hubungan dengan Arab Saudi, dan memperluas wajib militer untuk semua warga Israel.
Ketika Netanyahu tidak menyatakan dukungan untuk rencana tersebut, Gantz mengumumkan pengunduran dirinya. Ia mengatakan bahwa keputusan strategis yang menentukan di kabinet ditanggapi dengan keraguan dan penundaan karena pertimbangan politik.
Pengunduran diri Gantz dari Kabinet Perang mengembalikannya ke peran pra-perangnya sebagai pemimpin oposisi di parlemen Israel.
Baca Juga: Blinken Klaim Israel Sepakat Gencatan Senjata, Tuduh Hamas Menunda-nunda dan Tuntut Amendemen
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.