Rupanya hal itu juga mempertanyakan masa depan operasi kontra-pemberontakan bersama Niger-AS.
Padahal, belakangan ini Washington menganggap Niger sebagai mitra dan sekutu kunci di sebuah wilayah yang dilanda kudeta dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, mereka pun menginvestasikan jutaan dolar dalam sebuah pangkalan udara di daerah gurun yang menjadi pusat operasi kontra-pemberontakan Amerika di kawasan sub-Sahara Afrika yang dikenal sebagai Sahel.
AS juga menginvestasikan secara besar-besaran dalam melatih pasukan Niger.
Mereka mengklaim untuk mengalahkan pemberontakan militan yang terkait dengan al-Qaida dan kelompok Negara Islam yang menghancurkan negara itu dan tetangganya.
Tetapi musim panas lalu, beberapa pasukan elit yang dilatih AS itu ikut dalam kudeta yang menggulingkan presiden terpilih.
Sejak itulah hubungan antara para pemimpin baru Niger dan Washington memburuk.
Menyusul kunjungan bulan lalu dari delegasi AS yang dipimpin oleh utusan AS tertinggi untuk Afrika, Molly Phee, junta mengumumkan di televisi negara bahwa penerbangan dari pangkalan udara yang dibangun AS adalah ilegal.
Mereka pun tidak lagi mengakui kehadiran militer Amerika di negara itu.
Baca Juga: Pasukan Prancis Terakhir Tinggalkan Niger saat Kawasan Sahel Afrika Hapus Pengaruh Bekas Penjajahnya
Junta mengkritik AS karena memperingatkan Niger agar tidak bekerja sama dengan Rusia dan Iran. AS mencoba memaksa negara Afrika tersebut untuk memilih mitranya.
Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonimitas untuk membahas pembicaraan yang sedang berlangsung mengatakan, Washington sedang meninjau opsi untuk merevisi kerja sama militer dengan Niger.
Menurut pejabat AS, meskipun jalan ke depan tidak akan mudah, tetapi masih ada harapan untuk menemukan formula yang mengatasi kekhawatiran dan kepentingan dari kedua belah pihak.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.