PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Salah satu pemimpin geng bersenjata terkuat di Haiti menegaskan siap berdamai dan menurunkan senjata.
Namun, ia menegaskan hal itu bisa terjadi jika kelompoknya bisa ambil bagian dalam pembicaraan, dan mengisyaratakan ingin jabatan di pemerintahan baru Haiti.
Geng yang dipimpin Jimmy Cherizie, yang juga dikenal sebagai Barbecue, saat ini mengontrol sebagian besar Port-au-Prince, Ibu Kota Haiti.
Baca Juga: Badan Keamanan Rusia Diklaim Sudah Tahu Bakal Ada Serangan Teroris di Moskow, Kok Bisa Terjadi?
Ia memprediksi kekerasan yang saat ini melanda Haiti selama beberapa pekan terakhir bisa berkembang di beberapa hari mendatang.
Haiti yang berada di negara kepulauan itu, tanpa dipimimpin perdana menteri sejak 12 Maret.
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry mengundurkan diri setelah ia tak bisa kembali ke Haiti dari Kenya usai diblok oleh geng bersenjata.
Padahal, ia berada di sana untuk menandatangani kesepakatan pengiriman pasukan militer penjaga perdamaian untuk mengembalikan keteraturan hukum.
Geng-geng telah memanfaatkan kekosongan kekuasaan dan memperluas kendali mereka atas sebagian besar wilayah di negara ini, yang secara efektif telah menjadikan banyak wilayah tidak memiliki hukum.
Dewan Transisi Kepresidenan telah menetapkan rencana untuk mengembalikan Haiti kembali menjadi negara demokratik, yang didukung negara-negara Karibia dan Amerika Serikat.
Cherizie yang memimpin geng Viv Ansanm (Live Together), saat ini mengontrol 80 persen Port-au-Prince.
Ia percaya kelompoknya harus ikut duduk di meja untuk pembicaraan di masa depan.
“Jika komunitas internasional datang dengan rencana yang detail di mana kitab isa duduk bersama dan bicara, namun mereka tak memaksakan kepada kami apa yang seharusnya diputuskan, saya akan berpikir menurunkan senjata,” katanya dikutip dari BBC, Sabtu (30/3/2024).
Ia menegaskan dirinya tak bangga dengan kekerasan yang meliputi Haiti.
Meski begitu, ia memperingatkan krisis ini akan berlanjut, jika kelompok seperti gengnya, yang disebutnya melawan politikus korupsi, tak menjadi bagian dari pemerintahan masa depan Haiti.
Baca Juga: Korea Utara Ogah Berdialog dengan PM Jepang, Bahkan Lontarkan Ancaman
Ia juga menambahkan jika ada pasukan Kenya yang masuk ke negara itu untuk meningkatkan keamanan akan dianggap sebagai agresor dan penjajah.
Oleh PBB situasi di Haiti digambarkan sebagai bencana besar dalam laporannya pekan lalu.
Dilaporkan lebih dari 1.500 orang terbunuh, dan 800 orang lainnya cedera pada tiga bulan pertama 2024 di Haiti.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.