KAIRO, KOMPAS.TV - Hamas menyatakan pembebasan tawanan yang mereka pegang akan memerlukan jaminan berakhirnya serangan Israel di Gaza dan penarikan semua pasukan Isrel dari Gaza, Senin (29/1/2024). Kelompok perlawanan Palestina itu menegaskan posisinya setelah Israel mengadakan pertemuan dengan mediator Qatar dan Mesir.
"Keberhasilan pertemuan di Paris tergantung kesepakatan (Israel) apakah setuju untuk mengakhiri agresi menyeluruh atas Jalur Gaza," kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri seperti dikutip oleh Times of Israel, Selasa (30/1/2024).
Belum jelas apakah bila syarat ini terpenuhi, Hamas akan membebaskan seluruh atau sebagian dari 132 tawanan yang masih berada di Gaza setelah diculik pada 7 Oktober. Hamas sebelumnya mengatakan pembebasan penuh akan memerlukan pembebasan seluruh ribuan warga Palestina yang ditahan oleh Israel atas alasan keamanan.
Seorang sumber pejabat Palestina menyebut Israel harus setuju untuk mengakhiri serangan dan mundur dari Gaza, meskipun implementasinya tidak harus segera, agar Hamas menandatangani kesepakatan lanjutan setelah gencatan senjata November saat mereka melepaskan 105 tawanan.
Kesepakatan itu harus disetujui oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS), kata sang sumber.
Direktur CIA William Burns membahas rancangan kesepakatan gencatan senjata dua bulan di Prancis hari Minggu dengan David Barnea, bos Mossad; PM Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani; dan bos intelijen Mesir Abbas Kamel. Israel juga mengirim Ronen Bar, kepala layanan keamanan Shin Ben, dan utusan tawanan IDF Nitzan Alon ke pertemuan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut diskusi di Paris sebagai konstruktif.
"Masih ada kesenjangan signifikan yang akan dibahas oleh pihak-pihak dalam pertemuan tambahan pekan ini," tambah Netanyahu.
Dua pejabat senior AS memberi tahu Associated Press hari Sabtu bahwa para negosiator Amerika membuat kemajuan dalam kesepakatan. Para pejabat tersebut, yang meminta anonimitas untuk membahas negosiasi yang sensitif, mengatakan kepada AP bahwa syarat-syarat yang muncul dari kesepakatan yang belum dipastikan akan berlangsung dalam dua tahap.
The New York Times juga melaporkan kemajuan dalam laporan hari Sabtu.
Baca Juga: Gedung Putih Umumkan Kerangka Kesepakatan Baru Israel dan Hamas, Tapi Tidak Ada Gencatan Senjata
Pada fase pertama, seperti dilaporkan oleh AP, pertempuran akan berhenti untuk memungkinkan pembebasan tawanan perempuan, lansia, dan terluka yang tersisa oleh Hamas, sebagai imbalan pembebasan jumlah besar tahanan keamanan Palestina.
Israel dan Hamas kemudian akan berusaha menyelesaikan detail pada 30 hari pertama dari masa jeda untuk fase kedua di mana prajurit Israel dan pria sipil akan dibebaskan, sebagai imbalan untuk pembebasan jumlah tahanan keamanan Palestina yang lebih besar.
Kesepakatan yang sedang muncul juga menyerukan agar Israel memperbolehkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Meskipun kesepakatan yang diusulkan tidak akan mengakhiri perang, pejabat AS berharap kesepakatan tersebut dapat menjadi dasar untuk resolusi yang tahan lama terhadap konflik ini.
Pejabat Israel, yang dikutip oleh Channel 12, mengatakan Hamas tetap pada tuntutan agar Israel sepenuhnya mengakhiri perang sambil meninggalkan Hamas berkuasa di Gaza.
Burns berada di Prancis untuk perundingan tingkat tinggi setelah penasihat senior Gedung Putih Brett McGurk melakukan perjalanan ke Timur Tengah pekan lalu untuk pembicaraan tentang situasi tawanan.
Jika Burns mencapai kemajuan dalam pembicaraannya di Prancis, Biden mungkin akan segera mengirim McGurk kembali ke Timur Tengah untuk mencoba menyelesaikan kesepakatan.
Diperkirakan ada 132 tawanan yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober yang masih berada di Gaza, tidak semuanya masih hidup. IDF telah memastikan kematian 28 dari mereka yang masih ditahan oleh Hamas, dengan merujuk pada intelijen dan temuan yang diperoleh oleh pasukan yang beroperasi di Gaza.
Empat tawanan dibebaskan sebelum kesepakatan November, dan satu diselamatkan oleh pasukan. Juga, 11 tawanan lainnya telah ditemukan, termasuk tiga yang dibunuh militer Israel sendiri.
Sumber : Times of Israel / Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.