Ilmuwan menyimpan sperma milik Sudan dan empat Badak lain yang sudah mati, dengan harapan dapat menggunakannya dalam pembuahan in vitro atau kerap disebut proses bayi tabung.
Telur dari Badak Putih Utara betina akan digunakan untuk menghasilkan embrio, yang nantinya akan dikandung oleh induk pengganti Badak Putih Selatan.
Beberapa kelompok pelestarian alam berpendapat mungkin sudah terlambat untuk menyelamatkan Badak Putih Utara Afrika dengan pembuahan in vitro, terutama karena habitat alaminya di Chad, Sudan, Uganda, Kongo, dan Republik Afrika Tengah telah dirusak oleh manusia.
Pihak yang skeptis berpendapat upaya pelestarian seharusnya lebih difokuskan pada spesies yang sangat terancam lainnya dengan peluang kelangsungan hidup yang lebih baik.
Baca Juga: Badak Putih Afrika Diperkenalkan Kembali ke Alam Liar Taman Nasional Republik Demokratik Kongo
Badak Putih Selatan Afrika (Ceratotherium simum simum) merupakan salah satu subspesies Badak Putih yang menarik perhatian dunia, terutama mengingat langkanya subspesies lainnya, yaitu Badak Putih Utara. Subspesies ini dikenal sebagai yang paling umum dan tersebar luas di antara keluarga Badak Putih.
Dengan tubuh yang megah, kepala yang besar, leher yang pendek, dan dada yang lebar, Badak Putih Selatan menjadi salah satu hewan darat terbesar dan terberat di dunia. Betina memiliki berat sekitar 1.700 kg, sementara jantan dapat mencapai 2.300 kg. Panjang tubuh dan kepala mereka berkisar antara 3,4 hingga 4 meter, dengan tinggi pundak mencapai 160-186 cm. Ciri khas utamanya adalah keberadaan dua tanduk di moncongnya.
Cula depan Badak Putih Selatan lebih besar dan dapat mencapai panjang luar biasa, yaitu rata-rata 60 cm hingga maksimal 150 cm. Umumnya, betina memiliki cula yang lebih panjang namun lebih tipis, sementara jantan memiliki cula yang lebih besar tetapi lebih pendek.
Meskipun Badak Putih Selatan terdaftar sebagai spesies "Hampir Terancam Punah," ancamannya bukan hanya berasal dari hilangnya habitat, melainkan juga dari perburuan liar yang menargetkan cula badak untuk digunakan dalam pengobatan tradisional China.
Pada akhir abad ke-19, Badak Putih Selatan hampir punah, jumlahnya menyusut menjadi sekitar 20-50 ekor di KwaZulu-Natal akibat perburuan olahraga dan deforestasi.
Sedangkan Badak Putih Utara telah dinyatakan punah secara fungsional sejak tahun 2018, ketika Sudan, badak putih utara jantan terakhir, meninggal pada usia 45 tahun akibat usia tua. Punah secara fungsional berarti jumlah sisa populasi terlalu sedikit untuk dapat berkembang biak.
Hingga Maret 2018, hanya tersisa 2 ekor Badak Putih Utara, keduanya berjenis kelamin betina. Mereka tinggal di Konservasi Ol Pejeta di Kenya dan mendapatkan perlindungan sepanjang waktu oleh penjaga bersenjata.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.