RAMALLAH, KOMPAS TV - Juru Bicara Presiden Palestina, Nabil Abu Rudeineh, menyatakan pencapaian keamanan dan stabilitas di Timur Tengah memerlukan pendirian negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, Kamis (18/1/2024).
Pernyataannya muncul sebagai respons terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada hari yang sama, yang menyatakan penolakan terhadap upaya apa pun untuk membentuk negara Palestina setelah Israel menghentikan serangan terhadap Gaza.
"Seluruh wilayah di ambang letusan gunung berapi akibat kebijakan agresif Israel terhadap rakyat Palestina dan hak-hak mereka yang sah," tegas Abu Rudeineh, seperti laporan kantor berita resmi Palestina WAFA, Jumat (19/1/2024).
Dia menambahkan, "Jika ada keinginan internasional untuk mengembalikan stabilitas ke wilayah ini dan dunia, harus diakui bahwa negara Palestina merdeka dengan batas-batas perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya."
Abu Rudeineh menegaskan bahwa pernyataan Netanyahu menolak pembentukan negara Palestina "mengonfirmasi bahwa pemerintah ini bertekad mendorong seluruh wilayah ke jurang."
"Rakyat Palestina dan perjuangan mereka yang adil akan menang, dan tidak ada yang akan dapat mengatasi mereka."
Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa ia telah memberitahu pemerintah Amerika Serikat bahwa ia menentang pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari skenario pasca-perang.
Baca Juga: AS dan Israel Makin Tegang, Gedung Putih Tegaskan Solusi Dua Negara Tetap Jalan Keluar Satu-satunya
Dia berjanji untuk melanjutkan kampanye militer sampai Israel mencapai kemenangan yang tegas melawan kelompok Palestina Hamas, sesuatu yang banyak analis yakini tidak mungkin terjadi.
Pada hari yang sama, PBB menyatakan bahwa tidak ada perubahan dalam dukungannya terhadap solusi dua negara setelah pernyataan Netanyahu yang menentang negara Palestina.
"Dukungan Sekretaris Jenderal terhadap solusi dua negara tetap tidak berubah," kata juru bicara Stephane Dujarric kepada wartawan mengenai pandangan Antonio Guterres terhadap masalah tersebut.
Dujarric menambahkan, "Ia meyakini bahwa dari tragedi yang tengah terjadi di Gaza, kita seharusnya melihatnya sebagai kesempatan untuk mengembalikan segala sesuatu ke rel yang benar, sehingga aspirasi, harapan, dan kekhawatiran yang sah dari rakyat Israel dan Palestina dapat terpenuhi, dengan akhirnya dua pihak hidup berdampingan."
Sebelumnya, Netanyahu menyatakan bahwa ia menolak pembentukan negara Palestina dalam setiap skenario pasca-perang.
Perdana Menteri Israel berjanji untuk terus melanjutkan agresi militer sampai Israel mencapai kemenangan yang tegas melawan Hamas, meskipun banyak analis yang berpendapat bahwa hal tersebut mustahil terjadi.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.