GAZA, KOMPAS.TV - Hamas terkesan dan memuji umat Kristen Palestina yang memutuskan tak merayakan Natal sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza yang tengah digempur Israel.
Umat Kristen Palestina di Betlehem, kota suci yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Yesus, memutuskan untuk tak menggelar perayaan Natal, tahun ini.
Warga Betlehem, kota yang terletak di Tepi Barat, wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel sejak 1967, menolak merayakan Natal.
Mereka tak sampai hati melakukan perayaan saat Israel terus-menerus membombardir warga Gaza.
Baca Juga: Hamas: Israel Serang Kamp Pengungsian Al-Maghazi, Tewaskan 70 Orang Warga Palestina
Lampu-lampu dan pohon Natal yang meriah yang biasanya menghiasi Lapangan Manger, tahun ini tidak ada. Padahal biasanya, tempat tersebut dipenuhi oleh turis-turis asing saat Natal.
“Hari raya umat Kristen kami datang tahun ini di tengah berlanjutnya agresi fasis yang dilancarkan oleh (pasukan) pendudukan terhadap seluruh komponen rakyat Palestina yang menyasar seluruh masjid dan gereja,” kata Hamas melalui sebuah pernyataan, Minggu (24/12/2023), dikutip dari Anadolu Agency.
“Kami menghargai posisi umat Kristiani dari rakyat Palestina yang kami hormati yang membatasi perayaan mereka tahun ini, dan bersatu dengan rakyat kami di Gaza, yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis,” tambah mereka.
Kelompok perlawanan Palestina itu menambahkan, keputusan tersebut mengonfirmasi bahwa rakyat Palestina, baik Muslim dan Kristen, adalah sama.
“Muslim dan Kristen bersatu dalam ketangguhan, menjaga identitas mereka, dan melindungi kesucian Keislaman dan Kekristenan mereka."
Israel melakukan pengeboman besar-besaran ke Gaza, wilayah Palestina yang telah didudukinya sejak 1967 dan diblokade sejak 2007 itu.
Serangan itu dilancarkan setelah Hamas menyerang wilayah Israel pada 7 Oktober lalu.
Baca Juga: Betlehem Palestina Sunyi di Malam Natal, Menolak Merayakan saat Warga Gaza Diserang Israel
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober telah membunuh sedikitnya 20.424 warga Palestina, kebanyakan anak-anak dan perempuan, serta mencederai 54.036 orang lainnya.
Sedangkan Israel mengeklaim sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Bombardir Israel membuat wilayah Gaza menjadi reruntuhan. Sebagian besar perumahan warga di wilayah pesisir tersebut, hancur atau rusak.
Selain itu, sekitar dua juga orang mengungsi di wilayah padat penduduk di tengah kekurangan makanan dan air bersih akibat blokade Israel.
Sumber : Anadolu Agency
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.