JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (21/12/2023), mengungkapkan Gaza bagian utara tidak lagi punya rumah sakit yang berfungsi akibat kekurangan sumber daya di tengah serangan Israel yang terus berlanjut.
"Tidak ada rumah sakit yang berfungsi tersisa di utara. Al-Ahli adalah yang terakhir tetapi sekarang hanya berfungsi secara minimal dan masih merawat pasien tetapi tidak menerima yang baru, bersama dengan rumah sakit Al-Shifa, Al-Awda, dan Al-Sahaba," kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki, dalam konferensi pers di Jenewa melalui sambungan video.
"Rumah sakit-rumah sakit ini masih menjadi tempat berteduh bagi ribuan pengungsi."
Dia mengatakan hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan, yang masih berfungsi sebagian di seluruh Jalur Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007. Semua fasilitas kesehatan itu berada di selatan Gaza.
"Sekarang, Al-Ahli adalah reruntuhan rumah sakit," katanya.
Ia menambahkan, Al Ahli adalah satu-satunya rumah sakit di mana orang yang terluka bisa menjalani operasi di utara Gaza setidaknya sampai dua hari yang lalu.
"Tetapi tidak ada lagi ruang operasi karena kekurangan bahan bakar, listrik, persediaan medis, dan pekerja kesehatan, termasuk ahli bedah dan spesialis lainnya," katanya.
"Itu benar-benar telah berhenti berfungsi dan saat ini hanya beroperasi sebagai panti asuhan, tanpa atau dengan sangat sedikit layanan perawatan."
Peeperkorn mengatakan Rumah Sakit Al-Ahli berada dalam "kekacauan total, sepenuhnya padat, dan zona bencana."
Dia mengungkapkan, lebih dari 20 staf rumah sakit Al Ahli ditangkap pada Senin, enam di antara mereka kemudian dibebaskan dan dipaksa pindah ke selatan.
Namun, kata dia, tidak ada informasi mengenai yang masih ditahan. Dia pun mendesak semua pihak yang berkonflik menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi pekerja kesehatan, pasien, fasilitas kesehatan, dan ambulans.
Baca Juga: Netanyahu Ditolak Tentara Israel yang Terluka, Diyakini Gegara Banyak yang Tewas karena Serang Gaza
Peeperkorn mengatakan tingkat hunian rumah sakit sudah 206 persen di selatan Gaza. Dia menegaskan dua rumah sakit utama di selatan Gaza beroperasi "tiga kali lipat" dari kapasitas tempat tidur mereka.
Dia menambahkan, tingkat hunian keseluruhan sekarang mencapai 206 persen di departemen rawat inap dan 250 persen di ICU, selain menyediakan tempat perlindungan bagi ribuan pengungsi internal.
Menurut Peeperkorn, lebih dari 1,9 juta, atau 85 persen dari populasi Gaza, diperkirakan mengungsi, separuh dari mereka adalah anak-anak.
Lebih dari 1,4 juta di antara mereka berlindung di fasilitas-fasilitas UNRWA dan tempat umum lainnya, termasuk rumah sakit.
Peeperkorn mengatakan 136 staf UNRWA tewas dibunuh Israel sejak dimulainya konflik.
Mengenai serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan, dia mengatakan hingga Rabu (20/12/2023), terjadi 246 serangan di Gaza, mengakibatkan 582 kematian dan 748 luka.
Serangan tersebut menghancurkan dan merusak 61 fasilitas perawatan kesehatan dan 76 ambulans, tambahnya.
Menurut otoritas kesehatan Palestina di Gaza, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah membunuh lebih dari 20.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Sementara 52.586 lainnya terluka.
Serangan Israel telah menghancurkan atau merusak setengah dari perumahan di wilayah pesisir itu. Hampir 2 juta orang mengungsi di dalam enklave yang padat penduduk yang mengalami krisis makanan dan air bersih akibat blokade Israel selama lebih dari 16 tahun.
Sementara Israel mengeklaim, hampir 1.200 warganya tewas saat Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober lalu. Sementara nyaris 130 orang masih ditahan di Gaza.
Sumber : Anadolu Agency
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.