Kompas TV internasional kompas dunia

Hamas Bebaskan Sepuluh Warga Israel dan Empat Warga Thailand

Kompas.tv - 30 November 2023, 08:38 WIB
hamas-bebaskan-sepuluh-warga-israel-dan-empat-warga-thailand
Seorang warga negara Thailand menangkupkan kedua telapak tangannya dari atas bus yang meninggalkan Rumah Sakit Shamir di Ramle, Israel, Rabu, 29 November 2023, menuju Thailand, setelah dibebaskan Hamas. (Sumber: AP Photo/Maya Levin)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Edy A. Putra

 

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, kembali membebaskan 16 orang yang ditahannya di bawah perjanjian pertukaran tahanan dengan Israel, Rabu (29/11/2023).

Sementara mediator internasional berlomba untuk memastikan perpanjangan gencatan senjata untuk memungkinkan pembebasan tahanan lebih lanjut dan memperpanjang penghentian serangan Israel ke Gaza, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.

Militer Israel mengatakan Hamas membebaskan sepuluh wanita dan anak-anak Israel serta empat warga negara Thailand.

Di Israel, mereka akan dibawa ke rumah sakit untuk berkumpul kembali dengan keluarga.

Sebelumnya, Hamas juga membebaskan dua wanita berkewarganergaan Rusia-Israel dalam pembebasan yang terpisah.

Dilansir Al Jazeera, pada Kamis (30/11/2023) dini hari waktu setempat, Israel membebaskan 30 anak-anak dan perempuan Palestina.

Salah satu yang dibebaskan adalah aktivis Ahed Tamimi yang tiba di Ramallah setelah dibebaskan dari Penjara Ofer di Israel.

Tamimi, 22 tahun, ditahan Israel dalam serbuan ke Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967, pada 6 November lalu.

Baca Juga: Tingkatkan Prospek Pertukaran Sandera, Israel Perpanjang Gencatan Senjata ke Gaza selama 2 Hari!

Sementara para perunding bekerja keras untuk menuntaskan rincian perpanjangan gencatan senjata lebih lanjut.

Perundingan tampaknya akan menjadi semakin sulit karena sebagian besar tahanan yang ditahan Hamas, telah dibebaskan.

Hamas diperkirakan akan mengupayakan pembebasan yang lebih besar sebagai imbalan atas pembebasan laki-laki dan tentara Israel yang ditahannya.

Tekanan internasional meningkat agar gencatan senjata terus berlanjut selama mungkin setelah hampir delapan minggu Israel membom Gaza.

Dilansir Al Jazeera, per Rabu (29/11) pukul 13.00 WIB, jumlah warga Palestina di Gaza yang tewas akibat serangan Israel telah mencapai sedikitnya 15.000 jiwa sejak 7 Oktober. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 6.150 adalah anak-anak.

Kantor media pemerintah di Gaza juga mengatakan sekitar 7.000 orang hilang di bawah reruntuhan, termasuk 4.700 anak dan perempuan.

Dari jumlah korban tewas, terdapat 207 staf medis, 26 anggota tim penyelamat pertahanan sipil dan 70 jurnalis.

Sedangkan di Tepi Barat, sedikitnya 247 orang tewas akibat serbuan pasukan Israel sejak 7 Oktober. Angka tersebut termasuk 57 anak-anak.

Adapun serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, diklaim menewaskan 1.200 orang di Israel.

Baca Juga: Pria yang Didakwa Menembak Mahasiswa Palestina Ternyata Pernah Didakwa Kasus Pelecehan

Israel menyambut baik pembebasan puluhan tahanan dalam beberapa hari terakhir dan mengatakan pihaknya akan mempertahankan gencatan senjata jika Hamas terus membebaskan tahanan.

Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Rabu mengatakan Israel akan melanjutkan usahanya untuk melenyapkan Hamas, yang telah memerintah Gaza selama 16 tahun. 

“Setelah fase pengembalian korban penculikan ini habis, akankah Israel kembali berperang? Jadi jawaban saya tegas: ya,” ujarnya.

“Tidak mungkin kami tidak akan kembali berjuang sampai akhir,” katanya, seperti dikutip dari The Associated Press.

Dia berbicara menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke Israel untuk mendesak perpanjangan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Blinken tiba di Israel pada Rabu malam.

Sejauh ini, serangan gencar Israel di Gaza tampaknya hanya berdampak kecil terhadap pemerintahan Hamas, terbukti dari kemampuannya melakukan negosiasi yang rumit, menegakkan gencatan senjata di antara kelompok bersenjata lainnya, dan mengatur pembebasan sandera.

Para pemimpin Hamas, termasuk Yehya Sinwar, diduga telah pindah ke wilayah selatan Gaza.

Dengan pasukan Israel yang menguasai sebagian besar wilayah utara Gaza, invasi darat ke wilayah selatan berkemungkinan akan membawa dampak yang semakin besar terhadap nyawa dan kehancuran warga Palestina.

Sebagian besar penduduk Gaza kini berdesakan di wilayah selatan. Gencatan senjata telah membuat mereka terbebas dari pemboman, namun hari-hari yang tenang kini dihabiskan warga untuk mendapatkan pasokan makanan bagi keluarga mereka.

Di Tepi Barat, pasukan Israel membunuh dua anak laki-laki Palestina yang berusia 8 tahun dan 15 tahun dalam serangan di kota Jenin.

Baca Juga: Putaran ke-5 Pertukaran Tawanan: Hamas Lepas 10 Sandera, Israel Bebaskan 30 Tahanan

 

Rekaman video keamanan menunjukkan sekelompok anak laki-laki berlarian di jalan, kecuali satu orang yang terjatuh ke tanah dan mengeluarkan darah.

Militer Israel mengeklaim pasukannya menembaki orang-orang yang melemparkan bahan peledak ke arah mereka tetapi tidak menyebutkan secara spesifik apakah yang dimaksud adalah anak laki-laki tersebut, yang tidak terlihat melemparkan apa pun.

Secara terpisah, militer mengatakan pasukannya membunuh dua militan Jihad Islam dalam serangan itu.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, pasukan Israel melakukan penahanan massal dan memaksa warga di Damj, Jenin, meninggalkan rumah-rumah mereka di bawah todongan senjata.

Pasukan Israel juga merusak rumah-rumah dan jalan di Damj, serta mengebom sebuah rumah dengan drone.

Militer Israel juga menghancurkan infrastruktur termasuk saluran air, listrik, dan pembuangan limbah, serta sejumlah kendaraan di Damj.

Pasukan pendudukan Israel juga menculik salah satu korban luka dari dalam ambulans yang sedang menuju ke rumah sakit.


 




Sumber : Associated Press, Al Jazeera, WAFA




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x