Perang Israel - Hamas Sebabkan Perpecahan di Politik Afrika Selatan
Posisi Afrika Selatan dalam konflik Israel-Palestina menimbulkan perpecahan di antara politisi oposisi dan organisasi Yahudi.
Partai oposisi utama, Aliansi Demokrat (DA) mengkritik pemerintah karena mendukung Palestina dan menarik kembali diplomatnya.
Dengan mengatakan hal ini membuat warga Afrika Selatan di Israel rentan tanpa layanan konsuler.
Partai Kebebasan Inkatha (IFP) dan Partai Demokratik Kristen Afrika juga menentang keputusan pemerintah untuk menarik kembali diplomatnya dari Tel Aviv.
Anggota parlemen dari partai IFP, Mkhuleko Hlengwa mengatakan di parlemen, menarik kembali duta besar merupakan diplomasi yang merugikan dan berpendapat itu adalah kesalahan.
Kotze mengatakan, DA atau Aliansi Demokrat punya banyak pendukung keturunan Yahudi.
Sementara partai lain, seperti Aliansi Patriotik (PA) mendukung Israel atas dasar kepercayaan agama mereka.
Dua minggu lalu, pemimpin Aliansi Patriotik, Gayton McKenzie mengatakan, partainya bersedia untuk menghentikan kerja sama dalam koalisi pemerintahan dengan partai ANC di Johannesburg, setelah diminta untuk mengubah sikapnya terkait Israel demi Palestina.
Kotze mengatakan, banyak orang Kristen di Afrika Selatan yang mendukung Israel karena keyakinan agama mereka.
Baca Juga: Menterinya Keceplosan Rencana Nakba Gaza 2023, Netanyahu Tegur Anggota Kabinet Supaya Jaga Mulut
Namun, Iqbal Jassat, anggota eksekutif Media Review Network yang berbasis di Afrika Selatan mengatakan kepada Anadolu, "Kami menyambut baik keputusan pemerintah Afrika Selatan untuk menarik staf diplomatik dari kedutaan besar Afrika Selatan di Tel Aviv."
Jassat mengatakan, mereka senang mendengar pengumuman oleh presiden bahwa warga Afrika Selatan yang ditempatkan di tentara Israel akan dianggap melanggar hukum Afrika Selatan, khususnya Undang-Undang Bantuan Militer Asing, dan akan diadili.
Jassat mengatakan juga, kelompoknya terus mendesak agar utusan Israel diusir dan kedutaan di Johannesburg ditutup.
"Kami yakin menutup keberadaan rezim Israel kolonial yang rasialis dan memutus semua hubungan dengannya adalah hal yang sangat penting," katanya.
Dia juga mengatakan, mereka mengutuk organisasi pro-Israel yang berusaha membenarkan pembantaian yang mengerikan.
Seiring serangan Israel di Jalur Gaza memasuki hari ke-39, setidaknya 11.180 warga Palestina tewas.
Termasuk lebih dari 7.700 perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 28.200 lainnya terluka, menurut data terbaru dari otoritas Palestina.
Ribuan bangunan termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja juga rusak atau hancur dalam serangan udara dan darat Israel yang tanpa henti terhadap daerah yang terkepung sejak bulan lalu.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.