JAKARTA, KOMPAS.TV - Rumah Sakit Indonesia di Gaza mendesak untuk segera mendapatkan pasokan listrik demi kelangsungan operasionalnya. Hal ini diungkapkan oleh pengelola RS Indonesia, Rabu (25/10/2023), ketika rumah sakit tersebut memfokuskan perhatiannya pada melakukan operasi darurat penyelamatan jiwa.
Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahiya di Kota Gaza utara, dikelola lembaga swadaya masyarakat (LSM) Indonesia MER-C dengan dukungan banyak donatur Indonesia dan luar negeri dari segala bangsa, suku, dan agama.
Rumah sakit ini merupakan salah satu target pertama serangan udara Israel, yang sejak 7 Oktober telah merenggut nyawa lebih dari 5.700 warga Palestina, termasuk 2.360 anak-anak.
Fasilitas kesehatan ini terpaksa menutup beberapa layanan penting pada Senin (23/10) setelah generator listriknya mati ketika Israel melarang bahan bakar masuk ke Gaza.
Sarbini Abdul Murad, ketua komite eksekutif MER-C di Jakarta, kepada Arab News mengatakan rumah sakit ini beroperasi dengan pasokan energi dan peralatan medis terbatas, termasuk peralatan bedah dan anestesi.
“Saat ini, listrik hanya berjalan sekitar lima jam pada siang hari, dan kami menggunakan panel surya pada malam hari, tetapi itu tidak mencukupi untuk menerangi setiap ruangan di rumah sakit,” kata Murad kepada Arab News, sambil menambahkan prosedur operasi rumah sakit kini fokus pada prosedur yang paling mendesak.
“Kami membutuhkan listrik.”
Baca Juga: Sempat Alami Listrik Padam, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Sudah Beroperasi Kembali
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan rumah sakit Indonesia dalam keadaan mati total pada Senin, dengan pencahayaan hanya berasal dari ponsel.
Sejak itu, rumah sakit ini beroperasi dengan fungsionalitas terbatas.
“Meskipun rumah sakit ini terbatas, kami terus memberikan layanan kesehatan dan membantu para korban. Oleh karena itu, PBB harus segera mendesak Israel mengizinkan akses lebih banyak bantuan kemanusiaan, terutama bahan bakar, masuk ke Gaza,” kata Murad.
Rumah sakit di Gaza kewalahan oleh ribuan pasien dengan luka trauma akibat serangan yang berkepanjangan, dan juga dipadati oleh puluhan ribu orang yang mencari perlindungan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, enam rumah sakit di seluruh Jalur Gaza terpaksa tutup karena kekurangan bahan bakar.
“Kecuali bahan bakar penting dan pasokan kesehatan tambahan segera dikirimkan ke Gaza, ribuan pasien rentan terhadap kematian atau komplikasi medis karena layanan kritis terhenti akibat kekurangan daya,” demikian WHO mengatakan pada hari Selasa.
“Bagi penduduk Jalur Gaza, situasinya sangat putus asa. Ini akan menjadi bencana tanpa jalur aman dan terus-menerus untuk pasokan bahan bakar dan kesehatan, serta bantuan kemanusiaan tambahan.”
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.