WELLINGTON, KOMPAS.TV - Gelaran piala dunia sepak bola untuk wanita, FIFA Women’s World Cup (WWC) 2023, telah berakhir dengan Spanyol yang dinobatkan sebagai pemenangnya. Namun siapa sangka, dalam riuhnya kejuaraan yang berlangsung sekitar satu bulan di Selandia Baru dan Australia ini, terdapat seorang mahasiswa Indonesia yang ikut menjadi sukarelawan.
Angelique Raihany Hadiva yang akrab disapa dengan Rai, adalah seorang pelajar Indonesia yang rela menempuh perjalanan dari Surabaya ke Selandia Baru untuk menjadi tenaga sukarela (volunteer) dalam FIFA WWC 2023.
Mahasiswi semester 7 yang sedang menempuh studi teknik elektro di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini mengungkapkan bahwa kecintaannya terhadap sepakbola wanita mulai muncul ketika menempuh pendidikan sekolah dasar di tahun 2011, tepatnya ketika ia masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Kecintaannya terhadap dunia sepak bola wanita pun semakin tumbuh, terutama ketika menyaksikan gelaran FIFA WWC 2019.
Baca Juga: Jelang Piala Dunia Perempuan, Pria Bersenjata Melakukan Penembakan Massal di Selandia Baru
“Kecintaan saya terhadap sepak bola wanita semakin besar sejak Women’s World Cup 2019, di mana saya bermimpi ingin berkontribusi lebih dan terlibat dalam perkembangan sepakbola wanita,” ujar Rai yang akhirnya memutuskan untuk mendaftar sebagai tenaga sukarela kala itu.
Pada awalnya Rai mendaftar sebagai tenaga sukarela di Brisbane, Australia, namun akhirnya dia memutuskan untuk mengubah lokasi pilihannya ke Dunedin dan Wellington, Selandia Baru. Alasannya adalah karena saat itu ia juga tengah mendaftar beasiswa pertukaran pelajar Indonesian International Mobility Award (IISMA) ke dua kota tersebut.
Namun sayang, Rai akhirnya tidak mendapatkan beasiswa IISMA. Tetapi dua minggu berselang, ternyata dia menerima e-mail yang berisi “volunteer role offer” atau tawaran untuk menjadi relawan di FIFA Women’s World Cup di Dunedin, Selandia Baru, sebagai pre-match ceremonies volunteer.
“Saya senang sekali, karena mimpi saya sejak kelas 12 akhirnya jadi kenyataan,” ujarnya antusias.
Namun demikian, proses keberangkatannya ke Selandia Baru ternyata menemui tantangan. Dia mengalami kesulitan dalam pengurusan visa dan pencarian akomodasi.
“Ternyata untuk berangkat ke Selandia Baru, saya tidak bisa pakai visa visitor, tetapi harus memakai specific purpose work visa. Karena ketentuan dari Selandia Baru dan FIFA, relawan WWC memang tidak menerima honorarium, tapi mendapatkan benefit yang dapat diuangkan, jadi harus pakai visa kerja,” kata Rai menjelaskan.
Namun kesulitan pengurusan visa dan pencarian akomodasi akhirnya bisa terselesaikan, terutama dengan bantuan dari rekan-rekan di Perhimpunan Pelajar Indonesia di Selandia Baru (PPI Selandia Baru). Dia pun bisa mendapatkan akomodasi yang bagus dan murah di kota Dunedin.
Baca Juga: Cetak Sejarah! Bek Maroko Ini Jadi Pemain Pertama yang Pakai Hijab di Piala Dunia Wanita
Tantangan lain yang dia hadapi adalah harus mengikuti pelatihan-pelatihan baik online ataupun offline. Ketika masih berada di Indonesia, Rai harus mengikuti pelatihan sebanyak dua kali secara online. Kemudian setelah tiba di Selandia Baru, ia harus mengikuti venue specific training dan role specific training yang berisi pelatihan tentang hal-hal yang berkaitan dengan WWC yang berlangsung di Dunedin. Dua hari menjelang pertandingan perdana di stadion Dunedin, ia juga mengikuti gladi bersih di stadion untuk berlatih membawa banner.
Selain itu, ia juga menghadapi tantangan karena masih banyak pihak yang memandang sebelah mata pada sepak bola wanita. Tak sedikit yang meragukan bahwa sepak bola wanita akan dapat meraih banyak penonton. Di Selandia Baru, Rai akhirnya dapat mematahkan anggapan ini dan membuktikan bahwa cukup banyak tiket pertandingan yang terjual.
Baca Juga: Siap Rebut Trofi Piala Dunia Wanita, Lauren James Kembali Tampil Lawan Spanyol
“Semua warga Selandia Baru yang saya temui sangat antusias menonton FIFA WWC, bahkan saat pertandingan Swiss melawan Selandia Baru, tiketnya sold out loh!” ujar Rai.
Bagi para pelajar Indonesia yang berminat untuk mendapatkan pengalaman dalam penyelenggaraan event-event dunia seperti ini, Rai berpesan untuk tak ragu mengejar mimpi.
“Siapkan dengan baik hal-hal yang kita butuhkan sebelum berangkat. Perhatikan juga peraturan di negara setempat, terutama kententuan masalah visa,” kata Rai.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.