JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken menegaskan negaranya berkomitmen menegakkan kebebasan di Laut China Selatan.
Blinken mengungkapkan kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam bernavigasi dan penerbangan di Laut China Selatan.
Ia juga menegaskan dukungannya terhadap Kode Etik Laut China Selatan anatara negara ASEAN dan China.
Hal tersebut diungkapkannya setelah bertemu dengan Diplomat Senior China, Wang Yi di Jakarta.
Baca Juga: Indo-Pasifik bakal Jadi Kontributor Besar Pertumbuhan Global, Menlu: Tidak Boleh Jadi Battle Ground
Keduanya bertemu di sela-sela pertemuan yang melibatkan negara ASEAN serta negara-negara rekan di Ibu Kota Indonesia tersebut.
Bagi Blinken dan Wang ini menjadi pertemuan tatap muka keduanya dalam waktu sebulan, setelah pertemuan pertama terjadi ketika Blinken mengunjungi Beijing, Juni.
“Seperti banyaknya negara di kawasan ini, kami prihatin dengan meningkatkan ketegasan China di Laut China Selatan dan Timur serta di Selat Taiwan,” tutur Blinken, Jumat (14/7/2023) malam dikutip dari Nikkei Asia.
“Kami tetap berkomitmen menjunjung tinggi kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan, jalan penting untuk perdagangan dan konektivitas global,” tambahnya.
Ia juga menambahkan AS mendukung negoasiasi ASEAN untuk Kode Etik (COC) Laut China Selatan yang konsisten dengan hukum internasional.
Ia segera menambahkan bahwa AS akan terus mengelola hubungan dengan China secara bertanggung jawab, termasuk memperkuat saluran komunikasi.
Pernyataan Blinken muncul setelah China dan negara-negara ASEAN menyelesaikan pembacaan kedua Kode Etik di Laut China Selatan.
Wang Yi yang sempat bertemu dengan Menlu Retno Marsudi di Jakarta, menyambut baik mengenai kode etik Laut China Selatan antara China dan negara ASEAN.
Baca Juga: Inggris Merasa Dilecehkan Ukraina, Pemerintahan Zelenskyy Berusaha Redam Situasi Panas
“China mendukung formasi dari dorumen arahan dari setiap pihak untuk mempercepat Kode Etik (COC) dan ingin melanjutkan untuk memainkan peran konstruktif pada konklusi di COC,” ujar Wang Yi.
Laut China Selatan saat ini memang menjadi pencetus kekisruhan antara China dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darusallam.
China selalu merasa bahwa sebagian besar Laut China Selatan adalah wilayahnya, yang kemudian ditolak oleh pengadilan internasional.
Indonesia sendiri meski tak bersengketa secara langsung, mulai bereaksi setelah sebagian Laut Natuna diklaim oleh China.
Sumber : Nikkei Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.