Jenderal Kiamat Rusia Ternyata Diperiksa Terkait Keterlibatannya dalam Pemberontakan Prigozhin

MOSKOW, KOMPAS.TV - Penyidik militer Rusia diketahui tengah melakukan pemeriksaan terhadap salah satu jenderal teratas Rusia, Jenderal Sergei Surovikin. Pemeriksaan ini terkait pemberontakan gagal dari tentara bayaran Wagner, yang dipandang Barat menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan Presiden Vladimir Putin selama seperempat abad berkuasa.

Jenderal Sergei Surovikin diperiksa oleh jaksa militer selama beberapa hari mengenai keterhubungannya dengan pemimpin pasukan bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut dan meminta namanya tidak disebutkan karena informasinya bersifat sensitif.

Jenderal tersebut berada di satu tempat tetapi tidak dalam penjara, kata sumber tersebut seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg pada Kamis (29/6/2023).

Jenderal Surovikin, 56 tahun, tidak terlihat sejak pemberontakan pasukan bayaran Wagner yang mengakibatkan Rusia berada di ambang "perang saudara", seperti yang diungkapkan oleh Putin.

Pemberontakan itu mengguncang citra Putin sebagai pemimpin yang tak terkalahkan setelah pasukan Wagner berhasil mencapai jarak 200km dari Moskow hampir tanpa perlawanan sebelum Prigozhin memerintahkan penghentian.

Krisis ini membuat Amerika Serikat, Eropa, dan China bingung tentang akibat politik dari pemberontakan ini, yang mengungkapkan perpecahan yang dalam di Rusia tentang bagaimana cara melawan perang yang gagal di Ukraina yang merupakan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Serangan balik Ukraina saat ini bertujuan untuk mengusir Rusia dari wilayah yang diduduki.

Baca Juga: Jenderal Rusia yang Tahu Kudeta Wagner dan Orang Dekat Prigozhin Hilang, Spekulasi Bermunculan

Putin menempatkan Jenderal Surovikin sebagai komandan pasukan Rusia di Ukraina pada bulan Oktober dan dia mengawasi penarikan pasukan Rusia dari kota Ukraina, Kherson, pada bulan berikutnya.

Jenderal tersebut kemudian digantikan sebagai komandan tertinggi pada bulan Januari oleh Kepala Staf Umum Valery Gerasimov, salah satu dari dua orang bersama Menteri Pertahanan Sergei Shoigu yang Prigozhin bersumpah akan menggulingkan selama pemberontakannya.

Prigozhin berulang kali memuji kepemimpinan militer Jenderal Surovikin dalam perang tersebut, sambil mengkritik tajam pejabat-pejabat puncak Kementerian Pertahanan lainnya.

Jenderal tersebut terakhir terlihat dalam video yang diposting di saluran Telegram Kementerian Pertahanan hari Sabtu, di mana ia mendesak Prigozhin dan pasukannya untuk menghentikan pemberontakan mereka dan "mengikuti kehendak dan perintah" presiden.

Jenderal Surovikin adalah seorang perwira militer karier dengan reputasi yang menakutkan sehingga dia dijuluki "Jenderal Kiamat".

Surovikin memimpin operasi Rusia di Suriah untuk menghancurkan kelompok-kelompok oposisi yang melawan rezim Presiden Bashar Al-Assad.

Baca Juga: Kanselir Jerman Sebut Pemberontakan di Rusia Akibat Beri Kekuasaan Terlalu Besar ke Wagner: Bahaya!

Dia dikenakan sanksi oleh Uni Eropa bulan Februari tahun lalu setelah serangan Rusia ke Ukraina dimulai.

Surovikin juga pernah memimpin pasukan tank yang dikirim ke Moskow tahun 1991 untuk mendukung upaya kudeta terhadap pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, oleh kaum komunis garis keras.

Jenderal Surovikin kemudian dipenjara, lalu diampuni dan dibebaskan.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Kamis (29/6/2023), menolak memberikan komentar ketika ditanya wartawan tentang apakah Jenderal Surovikin telah dipecat atau ditahan. Peskov hanya menjawab, agar wartawan menghubungi Kementerian Pertahanan, seperti dilaporkan oleh Interfax.

Prigozhin mengakhiri pemberontakannya setelah menerima kesepakatan dengan Putin yang diperantarai oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko yang memungkinkannya pergi ke negara tetangga setelah tuntutan pidana terhadap pendiri Wagner dan pasukannya dibatalkan.

Pasukan Wagner yang dilengkapi dengan senjata berat menguasai kota selatan Rusia, Rostov-on-Don, dan bergerak dengan cepat menuju Moskow melintasi wilayah seluas 780km dalam waktu 24 jam, memblokade unit-unit militer di sepanjang jalan tanpa perlawanan yang signifikan.