NEW YORK, KOMPAS.TV - Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) melaporkan, jumlah orang yang terusir paksa karena konflik, persekusi, atau pelanggaran hak asasi manusia memecahkan rekor tertinggi.
UNHCR menyebut 110 juta orang terusir dari kampung halaman dan 35 juta di antaranya terpaksa mengungsi ke negara lain.
Konflik militer vs paramiliter di Sudan yang pecah sejak April 2023 lalu menambah panjang daftar yang telah diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina, perang sipil Myanmar, hingga konflik di Republik Demokratik Kongo dan Ethiopia tersebut.
"Ini adalah dakwaan tentang kondisi dunia kita saat ini," kata Kepala UNHCR Filippo Grandi dikutip Associated Press, Rabu (14/6/2023).
Baca Juga: Pengungsi Suriah Mengamuk dan Tusuk 4 Balita di Gunung Alpen, Saksi Mata Eks Pemain Liverpool
Dalam peluncuran Global Trends Report for 2022 UNHCR, Grandi menyebut jumlah situasi darurat pada 2022 meningkat hingga tiga sampai empat kali lipat.
"Kami selalu dihadapkan dengan situasi darurat. Sangat sedikit yang masuk ke tajuk berita utama Anda," kata Grandi.
Konflik Sudan yang pecah pada April lalu disebut membuat hampir dua juta orang terusir. Sedangkan selama 2022, setidaknya 19 juta orang terusir dari kampung halaman, termasuk lebih dari 11 juta orang di Ukraina yang kabur dari invasi Rusia.
Sementara konflik-konflik di Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, dan Myanmar membuat lebih dari sejuta orang terusir pada 2022.
Sebagian besar orang yang terusir paksa berlindung di wilayah negara sendiri. Sekitar 35 juta atau sepertiga di antaranya memutuskan untuk mengungsi ke luar negeri.
Kebanyakan pengungsi ditampung oleh negara-negara berpendapatan rendah dan menengah di Asia dan Afrika, bukan negara kaya di Eropa atau Amerika Utara.
Turki saat ini tercatat menampung pengungsi terbanyak, 3,8 juta jiwa, kebanyakan warga Suriah yang lari dari perang Sipil. Iran menerima pengungsi terbanyak kedua, 3,4 juta jiwa, kebanyakan warga Afghanistan.
Menurut data UNHCR, jumlah orang tanpa negara juga meningkat hingga 4,4 juta orang pada 2022. Namun, Grandi menduga jumlah sebenarnya lebih banyak dibanding data yang direkam UNHCR.
"Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mereformasi sistem suaka sehingga itu menjadi lebih efektif dan cepat," kata Grandi.
Baca Juga: Angin Topan Hantam Pantai Bangladesh dan Myanmar, Penampungan Pengungsi Terbesar di Dunia Hancur
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.