ANKARA, KOMPAS.TV - Hasil sementara, kantor berita resmi Anadolu Turki menunjukkan Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan unggul saat 96% kotak suara telah dihitung dalam putaran kedua pemilihan presiden, yang akan menentukan apakah pemimpin jangka panjang negara ini akan memperpanjang masa kekuasaannya menjadi tiga dekade.
Anadolu menunjukkan hasil sementara dengan Erdogan meraih 52,3%, sementara penantangnya, Kemal Kilicdaroglu, dengan 47,7%. Sementara itu, lembaga berita ANKA, yang dekat dengan oposisi, menunjukkan hasil 51% untuk Erdogan dan Kilicdaroglu dengan 49%.
Putaran kedua Pemilihan Presiden Turki melibatkan 64 juta pemilih. Per Pukul 23.40 WIB, dengan 97% kotak suara dihitung dan 51 juta suara sah, Erdogan memimpin dengan 26,6 juta suara sementara Kilicdaroglu 24,3 juta suara.
Hasil ini dapat memiliki implikasi yang jauh melampaui Ankara. Turki berada di persimpangan antara Eropa dan Asia, dan memainkan peran penting dalam NATO.
Pemerintahan Erdogan memveto upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO dan membeli sistem pertahanan peluru kendali Rusia, yang menyebabkan Amerika Serikat mengeluarkan Turki dari proyek pesawat tempur yang dipimpin AS.
Namun, Turki juga membantu menyelenggarakan kesepakatan penting yang memungkinkan pengiriman gandum Ukraina dan menghindari krisis pangan global.
Hasil awal yang berbeda juga dilaporkan dalam pemilihan 14 Mei lalu. Lembaga berita yang bersaing memperoleh data mereka dari perhitungan kotak suara yang telah selesai dihimpun oleh personel di lapangan, dan kuat di wilayah yang berbeda, menjelaskan variasi data awal ini.
Angka-angka dari Anadolu dipertanyakan dalam pemilihan putaran pertama 14 Mei oleh politisi oposisi, yang mengatakan bahwa lembaga berita tersebut memihak Erdogan.
Baca Juga: Hari Penentuan Pilpres Turki, Erdogan dan Kilicdaroglu Nyoblos di Istanbul dan Ankara
Anadolu menolak tuduhan tersebut dan hasil akhir tidak mengungkapkan adanya ketidaksesuaian. Erdogan unggul lebih dari 4% dari Kilicdaroglu, tetapi hanya sedikit kurang untuk meraih kemenangan mutlak, sehingga memicu putaran kedua pada hari Minggu.
KPU Turki mengirimkan data mereka sendiri kepada partai politik selama perhitungan suara, tetapi tidak mengumumkan hasil resmi hingga beberapa hari kemudian.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang memimpin Turki selama 20 tahun, lebih diunggulkan untuk memenangkan masa jabatan lima tahun dalam putaran kedua ini, setelah hampir mencapai kemenangan mutlak dalam putaran pertama pada 14 Mei lalu.
Populis yang kontroversial ini unggul empat persen dari Kemal Kilicdaroglu, kandidat dari aliansi enam partai. Kinerja Erdogan tersebut terjadi meskipun inflasi yang meroket dan dampak gempa bumi yang menghancurkan tiga bulan yang lalu. Ini adalah pertama kalinya dia tidak memenangkan pemilihan di mana dia mencalonkan diri sebagai kandidat.
Kedua kandidat menawarkan visi yang sangat berbeda tentang masa depan negara ini dan masa lalu terkini.
"Pemilihan ini berlangsung dalam keadaan yang sangat sulit, ada berbagai macam fitnah dan pencemaran nama baik," kata Kilicdaroglu yang berusia 74 tahun kepada wartawan setelah memberikan suaranya. "Tapi saya percaya pada akal sehat rakyat. Demokrasi akan datang, kebebasan akan datang, orang akan dapat berjalan-jalan di jalan-jalan dan secara bebas mengkritik politisi."
Berbicara kepada wartawan setelah memberikan suaranya di sebuah sekolah di Istanbul, Erdogan mencatat ini adalah putaran kedua pemilihan presiden pertama dalam sejarah Turki.
Sumber : Associated Press / Anadolu / Daily Sabah
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.