ANKARA, KOMPAS.TV - Pengamat menilai Presiden petahana, Recep Tayyip Erdogan diuntungkan pada putaran kedua Pemilu Turki.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Program Penelitian Turki dari Washington Institut, Soner Cagaptay.
Putaran kedua pemilu akan diadakan hari ini, Minggu (28/5/2023), yang diikuti dua pemilik suara teratas pada putaran pertama, Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu.
Pemilu putaran kedua dilakukan setelah Erdogan dan Kilicdaroglu tak mendapatkan mayoritas suara mencapai 50 persen.
Baca Juga: Putaran Kedua Pemilu Turki, Lebih dari 1,92 Juta Warga Turki di Luar Negeri Telah Memilih
Pada putaran pertama Erdogan memimpin dengan raihan suara 49,5 persen, sedangkan Kilicdaroglu sebanyak 44,8 persen.
Namun, Cagaptay menilai pada putaran kedua ini Erdogan diuntungkan atas kontrol penuhnya terhadap arus informasi di Turki.
Kebanyakan media Turki dikontrol oleh kelompok bisnis yang dekat dengan presiden, dan sekitar 80 persen warga Turki membaca berita yang hanya menggunakan bahasa mereka.
“Ia bisa Menyusun realitas untuk mereka,” kata Cagaptay dikutip dari Politico.
“Ia dapat membingkai beberapa oposisi didukung oleh teroris, dan saya pikir di situlah sebagian pemilih terjebak. Mereka tak pernah sampai pada titik siapa yang akan menjalankan Turki dengan lebih baik,” tambahnya.
Para pengkritik dilaporkan khawatir di bawah Erdogan ikatan Turki dengan negara Barat akan melemah.
Apalagi, terlihat hubungan mesra Erdogan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, meski Turki anggota NATO.
Baca Juga: Jelang Pilpres Tahap 2 Petahana Presiden Erdogan Dinginkan Suasana: Pemenangnya Seluruh Rakyat Turki
Sejumlah kebijakan Erdogan terkait Rusia, memang kerap bertentangan dengan NATO.
Selain itu para pengkritik juga mengkhawatirkan kebebasan media, sistem hukum dan institusi di negara itu akan menuju ke penolakan di tangan Erdogan.
Para pengamat menilai hasil pemilihan presiden putaran menunjukkan daya Tarik abadi politik populis Erdogan dan akar Islam, terutama untuk jantung pedesaan Turki, yang tetap setia kepada partai AK, partai Erdogan.
Hal itu berbeda dari kota-kota besar Turki, yang semakin melawan keinginan presiden petahana yang berniat memimpin untuk jangka panjang.
Sumber : Politico
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.