Kompas TV internasional kompas dunia

Boikot Pidato Presiden Ebrahim Raisi, Kelompok Anti-Pemerintah Iran Tampilkan Simbol Perlawanan

Kompas.tv - 12 Februari 2023, 11:12 WIB
boikot-pidato-presiden-ebrahim-raisi-kelompok-anti-pemerintah-iran-tampilkan-simbol-perlawanan
Hacker muncul mengganggu siaran langsung Presiden Iran Ebrahim Raisi, Sabtu (11/2/2023) (Sumber: Independent)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

TEHERAN, KOMPAS.TV - Presiden Ebrahim Raisi dikerjai hacker saat melakukan pidato saat siaran langsung secara online.

Siaran pidato orang nomor satu di pemerintahan Iran itu pada Sabtu (11/2/2023) diretas dengan cara mengganti simbol perlawanan.

Pada pidato yang menandai perayaan 44 tahun Revolusi Islam, Raisi mengklaim generasi muda Iran akan diampuni oleh pemimpin tertinggi Iran.

Raisi mengatakan hal tersebut akan terjadi jika mereka menunjukkan penyesalannya.

Baca Juga: Ribuan Warga Turun ke Jalan di Iran, Peringati Hari Revolusi Islam yang Runtuhkan Syah Reza Pahlevi

Namun, saat pidato di Lapangan Azadi, siaran langsung Raisi tiba-tiba hilang.

Dikutip New York Post, saat itu malah muncul simbol dari kelompok perlawanan anti-Pemerintah Iran yang menyebut diri mereka Edalat Ali.

Lalu, terdengar suara, “kematian untuk Republik Islam”.

Demonstrasi besar-besaran merebak di Iran sejak kematian remaja berusia 22 tahun Mahsa Amini saat ditahan oleh polisi moral.

Pemerintah Iran berlaku represif terhadap para demonstran.

Meski begitu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memberikan amnesti kepada sejumlah narapidana.

Baca Juga: Alami Kecelakaan, Pengemudi Ini Tetap Bawa Truknya yang Hancur ke RS karena Rekannya Terjepit

Di antara yang mendapat pengampunan para pelaku demonstrasi anti-pemerintah.

Pada malam perayaan Revolusi Iran, Jumat (10/2/2023), sejumlah media memperlihatkan kembang api sebagai bagian dari perayaan yang disponsori pemerintah.

Dalam unggahan media sosial, banyak orang meneriakkan takbir. 

Tak sedikit pula yang berteriak “kematian untuk diktator” dan “kematian untuk Republik Islam”.




Sumber : New York Post




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x