Baca Juga: Jelang Imlek 2023, Festival Lampion Terbesar se-Indonesia di Living World Digelar, Apa Saja Isinya?
Tapi ada juga warga Beijing yang tetap bekerja saat Imlek, lantaran dijanjikan upah dobel saat lembur.
Ketatnya pembatasan yang dilakukan pemerintahan Presiden Xi Jinping, membuat warga China bosan dan pada akhirnya sudah tidak khawatir dengan Covid.
“Dulu saya takut dengan Covid-19. Sekarang sudah tidak. Kalau tertular Covid-19, tidak apa-apa karena paling hanya akan sakit selama dua hari saja,” kata pekerja migran Jiang Zhiguang (30) yang sedang menunggu keretanya datang di Stasiun Kereta Hongqiao Shanghai.
Hingga Sabtu (14/1) pekan lalu lalu, jumlah korban tewas akibat kasus Covid-19 di China dalam hampir satu bulan saja (8 Desember-12 Januari) mencapai sekitar 60.000 orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah meminta China memberikan data terbaru tetapi belum ada informasi.
Harian China, The Global Times, yang mengutip para ahli dari Negeri Tirai Bambu itu menyebutkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China sudah memantau data itu dan membutuhkan waktu sebelum dapat dirilis.
Baca Juga: Imlek 2023, Ini Warna Keberuntungan di Tahun Kelinci Air untuk Percintaan hingga Karier
Dokter di rumah sakit umum dan swasta juga tidak diperbolehkan untuk langsung menghubungkan kematian dengan Covid-19. Minimnya informasi mengenai hal ini membuat banyak warga yang marah.
Ditambah lagi kekecewaan pada pemerintah karena dianggap tidak siap melindungi lansia yang rentan sebelum pemerintah mencabut kebijakan dinamis nol Covid-19.
Kantor berita China, Xinhua, menyebutkan untuk melindungi lansia, tenaga medis di berbagai daerah dikerahkan untuk melakukan vaksinasi dari rumah ke rumah di desa-desa terpencil.
Klinik-klinik di perdesaan juga sudah dilengkapi dengan alat pernapasan dan kendaraan medis yang dikerahkan ke daerah-daerah yang dianggap berisiko.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.