MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia, pengekspor energi terbesar di dunia, mengancam bisa memangkas produksi minyak.
Bahkan Presiden Vladimir Putin seperti laporan Straits Times, Jumat (9/12/2022), bakal menolak untuk menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batasan harga "bodoh" Barat pada minyak Rusia.
Seperti diketahui, Kelompok Tujuh yang menjadi kekuatan utama G7, Uni Eropa dan Australia, yang berusaha mengekang kemampuan Moskow untuk mendanai perang Ukraina, pekan lalu menyepakati batas harga US$60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia setelah anggota Uni Eropa mengatasi perlawanan dari Polandia.
"Mengenai reaksi kami, saya mengatakan kami tidak akan menjual ke negara-negara yang membuat keputusan seperti itu," kata Putin kepada wartawan pada konferensi pers di ibu kota Kyrgyzstan, Bishkek, setelah pertemuan puncak.
"Kami akan memikirkan, mungkin, bahkan tentang kemungkinan, jika perlu pengurangan produksi."
Putin, yang memerintah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi dan pengekspor gas terbesar dunia mengatakan Rusia punya perjanjian produksi dengan anggota lain dari klub produsen minyak OPEC+, jadi langkah drastis seperti itu masih mungkin terjadi. OPEC+ terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak plus sekutu termasuk Rusia.
“Kami sedang memikirkan hal ini, belum ada solusi. Dan langkah konkret akan dituangkan dalam keputusan dari Presiden Rusia yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan,” kata Putin.
Baca Juga: Akhirnya, Rusia Tukar Pebasket AS Brittney Griner yang Ditahan dengan Pedagang Senjata Viktor Bout
Batas harga tidak akan punya konsekuensi negatif pada pendapatan Rusia karena ambang batas US$60 per barel yang diperkenalkan oleh negara-negara Barat “sesuai dengan harga yang kami jual hari ini”, kata Putin.
“Kami sudah menjual sekitar harga ini, jadi jangan khawatir tentang anggaran.”
Minyak mentah Ural andalan Rusia yang diekspor dari pelabuhan Baltik Primorsk dinilai pada US$41,59 per barel pada Kamis (8/12), menurut data dari Argus Media, yang angkanya digunakan pemerintah Rusia untuk menghitung bea ekspor.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.