Sementara Qatar memandang kedatangan mereka sebagai perubahan besar dalam gerontokrasi yang mencengkeram Timur Tengah, negara-negara Teluk Arab lainnya melihat protes tersebut sebagai ancaman terhadap pemerintahan otokratis dan turun-temurun mereka.
Dukungan Erdogan sendiri terhadap kelompok Islam Ikhwanul Muslimin dan mendiang Presiden Mesir Mohammed Morsi telah mengasingkan negara-negara Teluk Arab.
El-Sissi, yang sebagai seorang jenderal yang memimpin kudeta Mesir tahun 2013 yang menggulingkan Morsi, terlihat di foto tengah berjabat tangan dengan Erdogan sebagai tanda kemungkinan pencairan hubungan antara kedua negara tersebut yang selama ini seperti benci tapi rindu.
Sheikh Tamim terlihat tersenyum di latar belakang.
Qatar juga menghadapi kritik dari Barat karena kelompok yang awalnya mereka danai dalam perang sipil Suriah menjadi ekstremis.
Qatar kemudian menyangkal mereka pernah mendanai ekstremis Islam, meskipun mendapat kritik dari seluruh spektrum politik Amerika dari Hillary Clinton hingga Donald Trump.
Qatar, seperti Arab Saudi, mengikuti versi Islam ultrakonservatif yang dikenal sebagai Wahhabisme.
Baca Juga: Jelang World Cup 2022, Presiden FIFA: Jangan Kritik Qatar, Jangan Kritik Pemain, Kritik Saya
Namun negara mengizinkan alkohol disajikan di bar hotel dan di Zona Penggemar FIFA di negara tersebut.
Beberapa kelompok di negara itu mengkritik apa yang mereka pandang sebagai ekstravaganza budaya Barat dari turnamen tersebut - kemungkinan mengarah ke larangan bir di stadion.
Al-Qaida di Jazirah Arab, cabang kelompok ekstremis yang bermarkas di Yaman, mengeluarkan komunike hari Sabtu yang mengkritik warga Qatar karena menjadi tuan rumah turnamen "yang membawa orang-orang tidak bermoral, homoseksual, penabur korupsi dan ateisme."
"Kami memperingatkan saudara-saudara Muslim kami untuk tidak mengikuti atau menghadiri acara ini," kata kelompok itu, meminta para ulama untuk tidak mendukungnya.
Namun, kelompok al-Qaida tidak secara langsung mengancam turnamen tersebut dan telah dilemahkan oleh serangan pesawat tak berawak selama bertahun-tahun dari pasukan Amerika dan ditelan oleh perang yang sedang berlangsung di Yaman.
Hadir pada Minggu malam saat pembukaan adalah Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Raja Yordania Abdullah II, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune, Presiden Senegal Macky Sall, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Rwanda Paul Kagame.
Baca Juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Diam-Diam ke Qatar, Datang ke Pembukaan World Cup 2022?
Putra mahkota Kuwait datang, bersama dengan direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia dan presiden Djibouti.
Tapi tepuk tangan terbesar datang untuk Sheikh Tamim dan ayahnya, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, yang mengamankan turnamen pada tahun 2010 lalu.
Sementara itu, Iran hanya mengirim menteri pemuda dan olahraganya - bukan presiden garis kerasnya - karena Republik Islam itu menghadapi protes selama berbulan-bulan atas kematian seorang wanita berusia 22 tahun yang sebelumnya ditahan oleh polisi moralitas negara itu.
Belum jelas pada level apa negara-negara Barat diwakili pada upacara dan pertandingan pembukaan antara Qatar dan Ekuador.
Pada hari Sabtu, Presiden FIFA Gianni Infantino menyampaikan pidato yang tidak biasa pada konferensi pers di mana dia memarahi orang Eropa karena mengkritik catatan hak asasi manusia Qatar menjelang turnamen, mengatakan mereka tidak dalam posisi untuk memberikan "kuliah moral" mengingat sejarah mereka.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.