Seorang pejabat senior pemerintah Amerika Serikat berbicara secara anonim hari Selasa mengatakan komunike akhir KTT akan memperjelas bahwa "sebagian besar" negara mengutuk serangan Rusia di Ukraina, termasuk dampaknya seperti jumlah korban dan dampak lanjutan seperti anjloknya persediaan makanan dan energi.
Masih harus dilihat berapa banyak negara yang akan menerima bahasa keras Amerika Serikat itu, atau apakah dokumen itu akan menyebut tindakan Rusia sebagai "perang", frasa yang ingin dihindari Moskow, meskipun ada kerugian besar yang diderita oleh militernya.
Para pejabat AS mengatakan perjalanan Biden menunjukkan negara-negara besar dan kecil bersedia mengutuk agresi Rusia. Presiden Indonesia Joko Widodo mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk berpidato di KTT G-20 secara virtual.
Itu terjadi beberapa hari setelah menteri luar negeri Ukraina diundang untuk berpartisipasi dalam KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ASEAN di Kamboja, di mana ia menjadi penandatangan terbaru perjanjian persahabatan dan kerja sama kelompok itu.
Baca Juga: AS Janjikan Investasi Dalam Pertemuan Empat Mata Jokowi-Biden Sebelum Puncak KTT G20.
Setelah pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Bali hari Senin, (14/11/2022) Biden mengatakan dia dan pemimpin China membahas agresi Rusia terhadap Ukraina dan "menegaskan kembali keyakinan kita bersama" bahwa penggunaan atau bahkan ancaman senjata nuklir "sama sekali tidak dapat diterima", merujuk pada pernyataan Moskow yang diartikan sebagai ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir karena serangannya ke Ukraina tersendat.
Pejabat China sebelumnya sebagian besar menahan diri untuk tidak mengkritik Rusia secara publik meskipun Beijing telah menghindari dukungan langsung dari Rusia, seperti memasok senjata.
Jadwal KTT G20 juga tidak menyertakan "foto keluarga" para pemimpin, untuk menghindari momen interaksi yang berpotensi canggung dengan utusan Rusia, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Masih harus dilihat bagaimana Biden dan sekutu AS akan bereaksi ketika Lavrov berbicara selama sesi tertutup KTT G20. Beberapa pihak dari Eropa membahas kemungkinan keluar dari pertemuan sebagai protes terhadap serangan Rusia.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan tidak ada seorang pun di delegasi AS yang punya rencana untuk bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, sering dikenal sebagai MBS, setelah Biden menuduh Arab Saudi berpihak pada Rusia dengan memimpin kartel OPEC+ untuk memangkas produksi minyak bulan lalu, dalam upaya mempertahankan kenaikan harga energi yang digunakan Rusia untuk mendanai perangnya di Ukraina.
Juga tidak jelas apakah delegasi AS akan bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi atau para pemimpin lain yang kerja samanya penting untuk mengamankan batas harga minyak Rusia guna membatasi keuntungan yang digunakan Moskow untuk berinvestasi di perangkat militernya.
Di KTT G20, Biden akan punya kesempatan pertamanya untuk bertemu dengan dua mitra baru yang kritis dalam upaya itu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
Sunak, yang mulai menjabat bulan lalu setelah masa jabatan Liz Truss yang sangat singkat, berjanji melanjutkan dukungan gigih pendahulunya yang konservatif untuk Ukraina. Dia dan Biden akan menyusun strategi selama pertemuan Rabu mereka tentang cara-cara baru untuk memperkuat pertahanan Ukraina dalam jangka panjang.
PM Baru Italia Georgia Meloni juga berjanji untuk terus menyediakan senjata dan bantuan untuk Ukraina, tetapi masih ada pertanyaan mengenai komitmen koalisi sayap kanannya untuk melawan Rusia. Dia akan bertemu dengan Biden secara pribadi pada Selasa sore di sela KTT G20 Bali.
Sumber : Kompas TV/Associated Press/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.