Kompas TV internasional kompas dunia

Duh, Obat Kedaluwarsa Tewaskan 10 Pasien Anak Pengidap Leukemia di Yaman

Kompas.tv - 15 Oktober 2022, 04:40 WIB
duh-obat-kedaluwarsa-tewaskan-10-pasien-anak-pengidap-leukemia-di-yaman
Kota Sanaa di Yaman. 10 pasien leukemia anak di Yaman meninggal dan puluhan lainnya sakit parah, setelah menjalani pengobatan kanker dengan obat kedaluwarsa di ibu kota yang dikuasai pemberontak, kata pejabat medis dan pekerja, Jumat (14/10/2022). (Sumber: AP Photo/Abdulsalam Sharhan)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

KAIRO, KOMPAS.TV — Sedikitnya 10 pasien leukemia anak di Yaman meninggal dan puluhan lainnya sakit parah, setelah menjalani pengobatan kanker dengan obat kedaluwarsa di ibu kota yang dikuasai pemberontak, kata pejabat medis dan pekerja, Jumat (14/10/2022).

Konflik Yaman sekarang memasuki tahun kedelapan, menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan menewaskan lebih dari 150.000 orang.

Anak-anak itu berusia antara tiga dan 15 tahun dan meninggal di Rumah Sakit Kuwait Sanaa setelah disuntik dengan obat-obatan selundupan dosis lama di beberapa klinik swasta, kata Kementerian Kesehatan yang dikelola pemberontak dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/10). Para pejabat tidak mengatakan kapan 10 kematian itu terjadi.

Menurut pejabat kesehatan dan pekerja yang berbicara kepada The Associated Press, sekitar 50 anak menerima pengobatan kemoterapi hasil selundupan yang dikenal sebagai Methotrexate yang awalnya diproduksi di India.

Mereka mengatakan, total 19 anak telah meninggal karena pengobatan dengan obat yang kedaluwarsa. Para pejabat dan pekerja berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak diberi pengarahan untuk berbicara dengan media.

Di tengah perang Yaman, kurangnya akses ke sumber daya dasar, termasuk makanan dan obat-obatan, telah menciptakan jaringan penyelundupan besar di seluruh wilayah yang dikuasai pemberontak Houthi dan koalisi Saudi.

Beberapa dokter di Sanaa mengatakan, pejabat Houthi diam-diam bekerja dalam kemitraan dengan penyelundup obat-obatan yang sering menjual perawatan kedaluwarsa ke klinik swasta dari gudang penyimpanan di seluruh negeri. Dengan melakukan itu, mereka mengatakan Houthi membatasi ketersediaan perawatan yang aman.

Baca Juga: Faksi Militer Yaman yang Didukung Uni Emirat Arab Kuasai Ladang Minyak dan Gas Strategis di Selatan

Seorang anak laki-laki kekurangan gizi di rumah sakit Al-Sabeen di Sanaa, Yaman, 23 November 2019. Sebanyak 10 pasien leukemia anak di Yaman meninggal dan puluhan lainnya sakit parah, setelah menjalani pengobatan kanker dengan pbat kedaluwarsa di ibu kota yang dikuasai pemberontak, kata pejabat medis dan pekerja, Jumat, (14/10/2022). (Sumber: AP Photo/Hani Mohammed, File)

Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan mereka membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Dalam pernyataannya, mereka menyalahkan pasukan koalisi Saudi karena menyebabkan kurangnya obat-obatan yang tersedia di daerah-daerah yang dikuasai Houthi.

Keluarga dari salah satu anak yang meninggal mengatakan, putra mereka merasakan sakit dan kram setelah menerima perawatan kemoterapi yang kedaluwarsa dan kemudian meninggal lima hari kemudian.

"Hal terburuk adalah administrasi rumah sakit berusaha menyembunyikan kebenaran dari kami," kata ayah anak laki-laki itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya dan keluarganya.

Kegagalan untuk memperpanjang gencatan senjata nasional pada awal Oktober telah mengancam akan menyalakan kembali pertumpahan darah setelah jeda enam bulan dalam pertempuran.

Houthi menyalahkan buntunya negosiasi pada PBB, yang memfasilitasi pembicaraan gencatan senjata, sementara utusan AS untuk Yaman menuduh kelompok pemberontak membajak pembicaraan damai melalui tuntutan menit terakhir.

Pasukan Houthi yang didukung Iran merebut sebagian besar Yaman utara dan Sanaa tahun 2014, mendorong pemerintah Yaman ke pengasingan.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi, termasuk Uni Emirat Arab, melakukan intervensi pada tahun berikutnya untuk mencoba mengembalikan pemerintah yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.


 




Sumber : Kompas TV/Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x