Sebelum bertolak ke China, ke-126 mahasiswa itu menjalani tes PCR wajib di rumah-rumah sakit di Indonesia yang ditunjuk oleh Kementerian Luar Negeri China (MFA).
Mereka dinyatakan layak terbang setelah mengantongi kode kesehatan dari Kedutaan Besar China di Jakarta.
Para mahasiswa tersebut menempuh pendidikan di 62 perguruan tinggi yang tersebar di 32 kota di China.
Setibanya di Bandara Nanjing, mereka wajib menjalani karantina terpusat selama sepuluh hari dan tes PCR setiap dua hari sekali.
Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat, Apa Kabar Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat?
Jika hasil tesnya negatif, mereka akan diizinkan untuk melanjutkan perjalanan ke kota-kota lain di China di mana mereka akan melanjutkan studi.
"Saat ini Tim KBRI Beijing dan KJRI Shanghai tengah berada di Kota Nanjing untuk membantu kelancaran proses kedatangan para mahasiswa," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya.
KBRI Beijing bersama KJRI Shanghai berkoordinasi dengan Kantor Urusan Luar Negeri (FAO) dan Satuan Tugas Covid-19 setempat untuk memantau kedatangan dan karantina para mahasiswa itu.
Menurut Yaya, KBRI Beijing telah berkomunikasi dengan seluruh perguruan tinggi di China untuk memastikan kesediaan menerima kembali mahasiswa Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan mereka.
"Dipastikan kampus di sini tidak ada yang menolak kehadiran mahasiswa kita," ujarnya.
Kedatangan kloter dua itu terpaut hampir sebulan dengan kedatangan 125 mahasiswa Indonesia dalam kloter pertama yang menggunakan pesawat carteran Citilink di Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou, Provinsi Guangdong, wilayah selatan China, pada 7 September lalu.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.