Semut, yang kerabat terdekatnya adalah lebah dan tawon, berasal dan berada dari hampir semua tempat di Bumi, kecuali Antartika, Greenland, Islandia, dan beberapa negara kepulauan.
"Saya kagum bahwa biomassa semut lebih tinggi daripada gabungan mamalia dan burung liar, dan mencapai 20 persen dari biomassa manusia. Itu memberi Anda pemahaman tentang skala dampaknya," kata ahli ekologi serangga dan penulis pendamping penelitian, Sabine Nooten, juga dari Universitas Würzburg dan Universitas Hong Kong.
"Saya menemukan keragaman semut yang sangat menarik. Mereka bisa kecil atau besar dan menunjukkan adaptasi yang paling aneh," tambah Nooten, mengutip genus semut yang tersebar luas yang disebut Strumigenys, yang dikenal memiliki mulut panjang dengan duri yang digunakan untuk berburu invertebrata kecil.
Para peneliti mendasarkan analisis mereka pada 489 studi tentang populasi semut yang tersebar di setiap benua tempat semut hidup.
Baca Juga: Penelitian: Indonesia Pelaku Utama Deforestasi Dunia untuk Pertambangan Tahun 2010 -2014
"Dataset kami mewakili upaya pengumpulan besar-besaran dari ribuan ilmuwan. Kami kemudian dapat memperkirakan jumlah semut untuk berbagai wilayah di dunia dan memperkirakan jumlah total global dan biomassa mereka," kata Schultheiss.
Daerah tropis ditemukan memiliki lebih banyak semut daripada daerah lain, dengan hutan dan lahan kering yang memiliki lebih banyak semut daripada daerah perkotaan.
"Ada bagian dunia tertentu di mana kami memiliki sedikit data dan kami tidak dapat mencapai perkiraan yang dapat diandalkan untuk semua benua. Afrika adalah salah satu contohnya. Kami lama mengetahui bahwa itu adalah benua yang sangat kaya semut tetapi juga sangat kurang dipelajari," kata Schultheiss.
Semut umumnya hidup berkoloni, terkadang terdiri dari jutaan yang terbagi dalam kelompok dengan peran yang berbeda-beda seperti pekerja, tentara, dan ratu.
Para pekerja, semuanya betina, merawat ratu yang lebih besar dan keturunannya, memelihara sarang, dan mencari makan. Jantan kawin dengan ratu, lalu mati.
"Beberapa semut memang bisa sangat mengganggu, tapi itu perspektif yang sangat berpusat pada manusia," kata Schultheiss.
"Kebanyakan semut sebenarnya sangat bermanfaat, bahkan bagi kita manusia," tambah Schultheiss.
"Pikirkan tentang jumlah bahan organik yang diangkut, dibuang, didaur ulang, dan dimakan oleh 20 kuadriliun semut. Faktanya, semut sangat penting untuk kelancaran proses biologis sehingga mereka dapat dianggap sebagai insinyur ekosistem. Almarhum ilmuwan semut E.O. Wilson pernah menyebut mereka 'hal-hal kecil yang menjalankan dunia'." tandas Schultheiss
Sumber : Kompas TV/Straits Times/PNAS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.